TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Meski usianya baru 16 tahun, Yafi Wijayanto asal RT/14 RW 5 Dusun Bengkaras, Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang memiliki tinggi badan 210 centimeter.
Hal ini setelah Yafi Wijayanto didiagnosa menderita penyakit Gigantisme atau kelebihan hormon peninggi badan.
Menurut Rohmad (60) orang tua Yafi, anak ragilnya dari empat saudara itu sejak kecil tumbuh normal seperti kebanyakan anak-anak.
Ketika memasuki bangku SMP kelas satu, terjadilah keanehan pada diri Yafi. Dimana Yafi seringkali mengalami sakit pusing.
"Rasa pusing itupun kami anggap biasa dan diberi obat penghilang pusing dibeli dari toko," kata Rohmad di rumahnya, Senin (14/12/2015).
Sering sakit pusing itupun, ungkap Rohmad, berlanjut terus hingga Yafi kelas dua di SMP 2 Islam Pujon. Namun saat itu bukan hanya sakit pusing yang dialami Yafi, melainkan mata menjadi kabur untuk melihat tulisan.
Mulai saat itulah terlihat ada keganjilan di tubuh Yafi yang mengalami pertumbuhan diluar kewajaran. Kondisi itupun berlanjut terus hingga akhirnya Yafi terpaksa keluar dari Sekolahnya untuk menjalani pengobatan pada tahun 2013. Pengobatanpun dijalani Yafi mulai dari Puskesmas Pujon, RSU Karsa Husada (RS Paru Batu) hingga akhirnya dirujuk ke RS Saiful Anwar Malang.
"Kami saat itu bingung sekali, dalam setahun tubuh Yafi bertambah tinggi hingga tiga telapak tangan manusia atau sekitar 25 - 30 centimeter, bahkan sekarang bila tidak diobati tingginya bisa 3 meter. Dan ketika di RSSA Malang usai diperiksa dibilang kalau penyakitnya itu sulit diobati.
Hal itu yang membuat kami semakin bingung," ucap Rohmad didampingi isterinya, Minarsih (55).
Selanjutnya, menurut Rohmad, anaknya Yafi menjalani perawatan selama lima bulan dibawah pengawasan dokter RSSA Malang, dr Hariyudi. Dan dalam perawatan di RSSA Malang tersebut, Yafi sempat menjalani operasi sekali pengambilan zat hormon dari hidung.
Hal itu sedikit mengurangi rasa pusing dan matanya kembali bisa melihat terang. Dan selanjutnya dari RSSA Malang, Yafi dibawa oleh Yayasan Children First Australia untuk menjalani perawatan di Melbourn Australia pada
13 November 2014 atas rujukan dr Hariyudi. Dan tinggi badan Yafi sudah mencapai 198 cm.
"Yafi saat itu diantar kakaknya selama 16 hari dan Yafi ditinggal disana menjalani pengobatan penyakitnya itu," ucap Rohmad.
Sementara Yafi Wijayanto menjelaskan, selama menjalani perawatan di Melbourn Australia di bawah penanganan Children First tersebut, dirinya dua kali menjalani operasi pengambilan hormon.
Selain menjalani masa perawatan, ungkap Yafi, dirinya banyak mendapat teman anak-anak dari berbagai negara dengan kasus penyakit yang berbeda-beda. Mereka berasal dari Timor Leste, Philipina, Papua Nugini, dan sebagainya.
"Kami di sana di bawah pengawasan ketat petugas dari Children First Australia. Dan kamipun diberi kesempatan belajar bahasa Inggris dan olah raga basket," ucap Yafi.
Hingga akhirnya setelah setahun menjalani perawatan penyakitnya, ungkap Yafi, dirinya diantar kembali ke rumahnya pada 11 Desember 2015 oleh Children First. Ini setelah dirinya merasa pertumbuhan tubuhnya sudah kembali normal, tidak lagi pusing, dan pandangan kembali jelas.
"Tapi kami masih didampingi Mrs Michele Lyons dari Children First Australia untuk mengawasi kondisi kami ketika kembali ke rumah," ucap Yafi.
Dan setelah kembali ke rumah di dusun Bengkaras, tambah Yafi, dirinya hanya ingin kembali melanjutkan sekolah. Meski memiliki tubuh cukup tinggi, dirinya akan berusaha menyesuaikan kondisinya itu untuk bisa meraih cita-citanya menjadi perawat.
"Hanya itu yang menjadi niatan saya saat ini setelah kembali ke rumah," tutur Yafi.
Penulis: Ahmad Amru Muiz