Laporan Wartawan Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Teror bom dan baku tembak pelaku teror yang mengguncang Jakarta pada Kamis (14/1/2016) siang telah menyerang simbol negara.
"Saya kira ini tidak ada kaitanya dengan Freeport, kabinet DPR atau Gafatar, tapi memang aksi kekerasan yang targetnya negara," ujar Sekretaris Muhammadiyah, Abdul Mukti, di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Teuku Cik Di Tiro, Yogyakarta.
"Pos polisi itu simbol negara, kalau kecolongan berarti aparatur lemah, ketika aparat selalu menyebut waspada tapi tidak disertai upaya yang komprehensif," tambah dia.
Ia meminta kepolisian mengusut kasus ini secara menyeluruh, jernih dan sahih agar hasilnya nanti benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
"Polisi tidak boleh terburu-buru ambil kesimpulan, pengumpulan fakta belum selesai dilakukan tapi kesimpulan sudah didapat. Jumping conclusion ini tidak diperbolehkan dalam sebuah hasil ilmiah," tegas dia.
Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, meminta aparat keamanan berhati-hati, cermat dan jujur menangani kasus ini, serta tak lagi menggunakan kekuatan atau memberi stigma agama atau kelempok tertentu sebagai pelaku kasus ini.
"Jangan sampai ternista terus menerus seperti dulu. Mari kita runut ke belakang sejarah. Jika nanti penjelasannya sama seperti yang dulu-dulu, maka itu akan mengindikasikan sama saja," tegas mantan ketua KPK tersebut.