News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kontroversi Gafatar

Khaerudin Khawatir Alami Penolakan Usai Gabung Gafatar

Penulis: Novi Saputra
Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga eks Gafatar sedang didata oleh Polwan Polres Bulungan di Gedung PMI Bulungan, Minggu (24/1/2016).

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Novi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK  -  Khaerudin, pria paruh baya asal Depok mengaku tidak menyesal telah mengikuti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Mantan sopir angkot ini mengaku sebelum dievakuasi di Bekangdam KODAM XII Tanjungpura dia mencoba mencari kehidupan yang lebih baik di Singkawang Tengah, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

"Saya aktif di Gafatar sejak 2013, kemudian saya ke Singkawang atas inisiatif saya. bersama istri dan anak, kami mencoba hidup di Singkawang dengan mengontrak rumah, setahun harganya Rp 6 juta," kata Khaerudin di Bekangdam, Minggu (24/1/2016).

Khaerudin mengaku mengantongi surat-surat resmi saat berangkat dan berdomisili di Singkawang, seperti surat pindah dari Depok dan menjadi warga di Singkawang.

"Saat mau dievakuasi, dibuatkan surat pindah lagi dari Singkawang, bingung," katanya

Khaerudin mengaku khawatir kepulangannya nanti ke Depok justru akan mendapatkan penolakan.

"Padahal rumah sama harta disana sudah dijual semua untuk bekal di Singkawang, gak tau nanti mau nginap gimana, saya khawatir warga menolak," katanya.

Khaeruddin mengaku di Singkawang mencari nafkah dengan cara bertani dan menjual es krim.

Kata dia meski dibubarkan, Gafatar adalah organisasi yang bagus karena menghidupkan kebiasaan-kebiasaan lama.

"Seperti gotong royong, tapi dibubarkan dipusat kan, saya tidak kecewa ikut Gafatar," katanya.

Namun Khaerudin memberikan jawaban berbelit saat ditanya mengenai kemungkinan adanya koordintor dalam proses perpindahanannya dari Depok ke Singkawang.

"Sebelumnya ada temen di Singkawang," katanya.

Namun Khaerdin juga meminta pemerintah untuk mengganti rugi seluruh kerugian yang ia alami.

"Pemerintah tanggungjawab dong, pemerintah yang memulangkan kami," katanya.

Dilain kesempatan, seorang mantan anggota Gafatar yang berasal dari wilayah evakuasi Mempawah sempat bicara panjang lebar mengenai proses mereka menghidupkan lahan pertanian di Moton Panjang, Mempawah.

Namun ditengah penjelasannya, pria yang mengaku berasal dari Jakarta ini tiba-tiba menstop pembicaraan dengan awak media kemudian ngeluyur pergi usai mengaku jika sebelum ke Mempawah dirinya sempat mendapatkan karantina mengenai cara bertani.

" Sebelumnya bukan petani, tetapi sebelum ke Mempawah dikarantina dulu tentang pertanian ,ups... sudah dulu ya," kata pria ini. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini