TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Jalanan Surabaya semakin tidak bersahabat bagi pengguna jalan. Ancaman penjahat mengintai pengguna jalan.
Pelaku pun sering beraksi di tengah keramaian atau saat kondisi jalanan sedang macet.
Dalam sepekan ini ada tiga kejahatan jalanan, yaitu di Jalan Raya Rungkut Industri, Jalan Dupak, dan Jalan Kramat Gantung.
Sasaran penjahat tidak hanya warga sipil. Anggota Satreskoba Polres Tanjung Perak juga menjadi sasaran kejahatan.
Wakasatreskrim Polrestabes Surabaya, Kompol Manang Soebeti mengakui biasanya kejahatan meningkat menjelang long weekend (libur panjang). Tapi kejahatan pada hari biasa juga sangat marak.
Menurutnya, kejahatan jalanan paling sering terjadi di jalan protokol. Terutama di jalanan yang kurang penerangan, seperti Jalan Soekarno, Jalan Rajawali, dan jalan protokol lainnya.
Penjahat memilih beraksi di jalanan seperti ini karena mudah melarikan diri.
“Korbannya tidak hanya perempuan. Banyak juga laki-laki yang menjadi korban,” kata Manang, Jumat (5/2/2016).
Sebenarnya anggota Satreskrim maupun Unit Reskrim sudah banyak menangkap penjahat jalanan. Tapi tidak mudah mengidentifikasi komplotan penjahat.
Komplotan penjahat di Surabaya berbeda dengan komplotan penjahat di daerah lain.
Mantan Kapolsek Sawahan ini mengungkapkan tidak ada komplotan penjahat besar di Surabaya.
Artinya, tidak ada komplotan penjahat di Surabaya yang rutin mencari penghasilan dari kejahatan.
Biasanya anggota komplotan penjahat di Surabaya memiliki pekerjaan tetap. Karena butuh tambahan penghasilan, mereka beraksi.
Sedangkan komplotan penjahat di luar Surabaya banyak yang membentuk jaringan khusus.
Menurutnya, polisi mudah mengidentifikasi bekas kejahatan komplotan penjahat besar.
Biasanya penjahat besar meninggalkan jejak khusus. Berdasar jejak khusus ini polisi bisa mengidentifikasi bahwa kejahatan itu dilakukan oleh kelompok tertentu.
“Makanya di Surabaya itu komplotannya sangat banyak. Satu kelompok diungkap, muncul kelompok lainnya,” tambahnya.
Usia anggota komplotan pun bervariasi. Banyak remaja yang masih dalam kategori anak di bawah umur bergabung dalam komplotan penjahat.
Manang menduga para remaja ini bergabung di komplotan penjahatan kurang aktif atau jarang masuk sekolah.
Manang menegaskan guna menekan angka kriminalitas bukan hanya tugas kepolisian. Orang tua dan warga juga harus berperan dalam menekan angka kriminalitas ini.
Orang tua dan warga harus memantau aktivitas remaja atau tetangga yang mencurigakan.
“Kami tidak bisa sendirian karena tenaga kami terbatas,” terang Manang.