TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA — Kelenteng Boen Bio merupakan salah satu tempat peribadatan khusus umat Khonghucu tertua di Surabaya, Jawa Timur.
Uniknya, di dinding kelenteng tersebut, hanya ada satu foto yang terpajang.
Bukan gambar dewa, tokoh Khonghucu atau Tionghoa, melainkan foto Presiden ke-4 RI Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau yang beken disapa Gus Dur.
Foto Gus Dur memakai kopiah terpajang di salah satu sudut dinding kelenteng sejak 2009.
Hingga saat ini, foto tersebut masih terpajang dan tidak akan diturunkan.
"Dipasang sejak Gus Dur wafat pada 2009, sebagai bentuk penghormatan kami kepada beliau," kata juru kunci Kelenteng Boen Bio, Liem Tiong Yang, Kamis (4/2/2016).
Sosok mantan Presiden keempat RI itu oleh jemaat Khonghucu Kelenteng Boen Bio dianggap Bapak Bangsa yang sangat berjasa bagi eksistensi umat Khonghucu di Indonesia.
"Gus Dur melalui Keppres Nomor 6 Tahun 2000 yang dikeluarkannya membuka keran hak sipil warga Tionghoa," kata dia.
Melalui Keppres tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China itu, Gus Dur menurut Liem telah membuktikan bahwa dia adalah Bapak Bangsa, yang berdiri di atas semua kepentingan dan golongan.
"Foto tersebut akan dipajang selamanya di Kelenteng Boen Bio," kata dia.
Kelenteng yang dibangun pada 1883 itu beberapa hari terakhir ramai dikunjungi umat Khonghucu.
Mereka datang untuk sembahyang dan ritual menyambut Tahun Baru Imlek, dari sembahyang tolak bala atau Ciswak, mengantar para suci ke kahyangan, hingga ritual membersihkan kelenteng untuk menyambut Tahun Baru Imlek.
Kelenteng Boen Bio dibangun sebagai bentuk perlawanan pedagang Tionghoa Surabaya atas upaya monopoli ekonomi penjajah Belanda di Surabaya sebelum tahun 1883.
KOMPAS.com