Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Perwakilan manajemen produsen jilbab dengan merk Zoya akhirnya memberikan tanggapan resmi mengenai polemik iklan jilbab halal.
Produsen jilbab itu pun memohon maaf kepada khalayak jika konten iklan itu justru mengundang polemik khalayak.
Sigit Endroyono, Creative Director Zoya, pun membeberkan alasan adanya iklan tersebut.
Tanpa ada niat memojokan produsen jilbab lain, mengharamkan jilbab produk lain, atau hal negatif lainnya, ia mengaku jika pihaknya hanya ingin memberikan edukasi terhadap masyarakat. Hal itu sesuai dengan UU No 33 tahun 2014 tentang produk halal.
"Untuk materi iklan yang dianggap membuat polemik tentu saja kami tarik. Tapi itu tidak merubah komitmen tentang edukasi tentang hak konsumen terkait dengan bahan bersertifikat halal," ujar Sigit dalam acara jumpa media di InterContinental Hotel Bandung di Kawasan Dago Pakar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/2/2016).
Sigit menambahkan sertifikasi halal itu sebenarnya untuk bahan baku yang dipakai produk jilbab Zoya.
Namun ia membantah jika prdouk jilbab lainnya menggunakan bahan baku haram.
Sesuai UU yang berlaku, ada lembaga yang telah ditunjuk pemerintah memiliki kewenangan memastikan halal atau harammnya suatu produk.
"Intinya semua jilbab halal. Ada titik keharaman itu bukan kami yang menentukan tapi pihak yang membuat sertifikat halal."
"Kami hanya bertanggungjawab untuk memberikan kepastian aman dan nyaman kepada konsumen bahwa bahan baku kami sudah bersertifikasi halal dan sesuai UU," kata Sigit.
Sigit mengatakan, bukan tanpa alasan pihaknya bertanggungjawab atas rasa aman dan nyaman bagi konsumen.
Selain konsumennya umat muslim, setidaknya 4,5 juta pieces jilbab merk Zoya dibeli konsumen setiap tahunnya.
"Bayangkan jika penjual busana muslim sendiri tidak yakin dengan bahan yang dipakai tidak halal. Makanya kami mengajukan dan mendaftarkan bahan baku yang kami pakai untuk dapat sertifikat halal agar kami sebagai penjual yakin dan konsumen merasa aman dan nyaman terhadap produk yang sehari-hari dipakai itu," ujar Sigit. (cis)