Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali, Ketut Suarjaya, mengatakan Pulau Dewata bukanlah tertinggi dalam jumlah pasien demam berdarah di Indonesia.
Pernyataan Suarjaya sekaligus meluruskan anggota Komisi IX DPR RI, Asman Abnur, yang mengatakan Bali sebagai provinsi tertinggi yang memiliki penderita demam berdarah di banding daerah lain.
Dia menjelaskan, kasus demam berdarah mengalami penurunan di Bali periode Januari hingga Februari, dibanding tahun lalu untuk perkiraan waktu dua bulanan yang sama.
Periode Januari antara tahun ini dengan tahun lalu, penurunan kasus DBD cukup signifikan. Jika pada 2015 ada 1000 kasus, untuk 2016 dalam periode Januari hanya 473 kasus.
"Kalau untuk periode sama-sama Januari antara tahun ini dan tahun lalu, mengalami penurunan. Sejak Desember kemarin juga menurun," ujar Suarjaya pada Jumat (19/2/2016).
Kasus kematian disebabkan demam berdarah dari 1000 kasus pada 2015 hanya satu pasien saja. Sementara tahun ini sudah menelan tiga jiwa dari Jembrana, Gianyar dan Denpasar.
Ia menilai masyarakat kini sudah lebih disiplin atas kebersihan lingkungan mereka, terutama menerapkan pola 3M menghadapi musim hujan.
"Padahal, untuk bulan Januari hingga April adalah periode kasus DBD di Bali," beber dia.
Namun, untuk kasus kematian yang didapati lebih tinggi, tapi tak bisa dijadikan acuan, karena presentasenya kurang satu persen. Sehingga Bali tak bisa disebut bahaya DBD. "Bali masih aman," ucap dia.