Laporan Wartawan Surya, Moh Rivai
TRIBUNNEWS.COM, SUMENEP - Warga kepulauan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, bingung karena harga sembilan bahan pokok melambung tinggi.
Kenaikan harga disebabkan ongkos angkutan barang oleh kapal perintis saat ini naik 100 persen, dan bisa ditebak, jika harga sembako pun naik sampai 100 persen juga.
"Jadi kalau pedagang sembako mengangkut beras dalam satu pikap sebanyak empat kubik, yang sebelumnya hanya Rp 200 ribu, kini naik menjadi Rp 600 ribu. Ini jelas akan mempengaruhi harga beras ketika sudah sampai di Pulau Masalembu,’’ ujar Albar As’ad, warga dan tokoh masyarakat Pulau Masalembu kepada SURYA.co.id, Senin (14/3/2016).
Begitu juga ongkos angkutan barang lainnya, seperti perdagangan umum, termasuk alat-alat bangunan, seperti semen, dan lainnya. Semua naik sampai 100 persen.
Termasuk pupuk yang diangkut melalui kapal perintis KM Sabuk Nusantara 26, dan KM Amukti Palapa. Biayanya di tingkat masyarakat bisa naik lebih dari 100 persen.
"Naiknya harga ongkos baru untuk barang-barang dagangan atau sembako ini sejak kapal perintis dipegang PELNI. Kalau sebelum dipegang PELNI, ongkos angkut barang masih normal," lanjut dia.
Sebagai warga kepulauan, ia tidak bisa mempersalahkan pedagang sebab ongkos angkutan naik. "Jadi, wajar bilamana pedagang tidak mau rugi, dan konsekuensinya harga barangnya juga naik setelah sampai di kepulauan," imbuh Albar.
Azhari, seorang pedagang barang kebutuhan pokok Pulau Masalembu, juga mengaku kaget dengan keputusan PELNI yang menaikkan ongkos angkutan barang hingga lebih dari 100 persen.
"Sangat tidak wajar, masak ongkos sebelumnya hanya Rp 50 ribu per kubik, lalu naik menjadi Rp 150 ribu per kubik. Ini jelas mencekik pedagang, tetapi justru secara luas juga bisa berakibat harga-harga naik, karena jelas kami tidak mau rugi," papar pedagang sembako asal Desa Masalima, Kecamatan Masalembu, Sumenep ini.
Kepala Dinas Perhubungan Sumenep, yang dikonfirmasi melalui Kabid Hubungan Laut dan Udara, Khaironi Argoto, mengaku tidak tahu urusan tarif atau ongkos angkutan barang di kapal.
Ongkos barang ditangani operator ketiga kapal perintis jurusan Pulau Masalembu yakni PT PELNI.
"Itu bukan wilayah kami mas, tapi yang jelas itu biasanya besaran ongkos merupakan hasil nego antara operator dengan pemilik barang. Kalau setuju dengan besaran ongkos itu, maka tentu sepakat diangkut ke kapal tersebut," papar Argoto.
Soal perbedaan biaya atau ongkos angkut antara Kalianget dengan Tanjung Perak Surabaya, pihaknya masih akan koordinasi, sebab ketiga kapal yakni KM Amukti Palapa, KM Sabuk Nusantara 27 dan 56 adalah kapal milik negara.
"Nanti saya kabari lebih lanjut soal besaran ongkos angkut barang tersebut," imbuh dia.