News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Syafruddin Ingin Tukar Buaya Muara Peliharaan Ditukar 100 Bibit Ikan Lele

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Di masa pensiunnya sebagai pegawai Pelindo II, Syafruddin berinisiatif menyerahkan buaya muara peliharaannya ke petugas berwenang.

Sudah sembilan tahun ia memelihara buaya muara di dapur rumahnya di RT 004/ RW 017 Gang Maria 2 No 5, Kelurahan Sungai Jawi Dalam, Pontianak Barat, Kalimantan Barat.

Ia sempat kewalahan, di masa pensiunnya justru banyak kegiatan ia kerjakan. Waktunya tersita, sehingga Syafruddin khawatir tak bisa memelihara buaya muara.

"Takutnya nanti tidak ada yang kasih makan, saya dalam waktu dekat ini mau ke Kuala Lumpur, selama lima hari," cerita Syafruddin kepada Tribun Pontianak, Rabu (16/3/2016) sore.

Ia berherap setelah menyerahkan buaya itu, mendapat penghargaan karena selama ini telah membesarkan buaya muara.

"Kalau memang ada tukar barternya, alhamdulillah, mau saya begitu. Entah ditukar dengan 100 ekor bibit ikan lele, anggaplah jasa atau keringat saya selama memeliharanya," kata Syafruddin.

Selama memeliharanya, Syafruddin mengaku buaya muara pernah lepas, karena papan penutup kandang kurang tinggi. Selama ini buaya peliharaan tak pernah mengganggu keluarga atau warga sekitar rumahnya.

"Pernah saya tambang di depan rumah untuk berjemur. Anak-anak pas pulang sekolah melihatnya, tapi saya pantau, tidak ganggu dia," cerita dia.

Buaya peliharaan Syafruddin sudah sepanjang sekitar dua meter. Buaya itu masih liar kali pertama warga menemukannya di parit depan rumah yang mengalir ke Sungai Beliung, sampai tembus ke Sungai Jawi dan diujungnya lagi ke Sungai Kapuas.

Warga setempat sudah heboh melihat buaya ini. Sejumlah warga sempat memukuli anak buaya itu sampai lemas.

"Saya bilang jangan pak, ini makhluk kita juga, makhluk ciptaan Tuhan, biar saya yang menangkap, lepaskan," perintah Syafruddin yang tak menghendaki buaya di parit kampung mereka.

Syafruddin turun ke parit, memegang buaya tersebut. Keberaniannya mengundang komentar warga yang turut menyaksikan. Sejak itu ia dijuluki pawang buaya. Memegang badan atas buaya jelas aman, tapi memegang mulutnya berbahaya, kata dia.

Anak buaya itu ia pelihara dan diberi makan usus ayam sampai satu sampai dua kilogram tapi tak mau. Diduga stres. Khawatir mati, Syafruddin perlahan memasukkan makanan langsung ke rongga mulut buaya.

"Saya masukkan (usus) ke dalam mulutnya, tapi saya alasi kayu agar aman," beber dia.

Inisiatif memelihara buaya muara itu karena Syafruddin bingung sekaligus kasihan. Kalau pun diberikan ke orang lain yang tak jelas, ia khawatir bakal diperjualbelikan. Jika dilepasliarkan, ia juga serba salah jika ada warga yang kembali menangkapnya.

"Sekali makan untuk lima hari. Keluarga ada yang komentar, karena saya memelihara buaya yang diketahui berbahaya. Tapi saya bilang tidak apa-apa, warga juga tidak resah," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini