Laporan Wartawan Surya, Monica Felicitas
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Suara bising klakson motor dan mobil yang saling beradu terdengar di depan Jembatan Merah Plaza Surabaya, Jawa Timur.
Yulita Kamil (28), pegawai kantor di Surabaya terlihat tergopoh-gopoh berlari sambil membawa tas ranselnya menuju bus kota tujuan Terminal Bungurasih Surabaya.
Dari kantornya di belakang Jembatan Merah, Yulita naik turun bus kota untuk sampai rumahnya di Pondok Jati, Sidoarjo. Ia terbantu dan kerap memanfaatkan angkutan kota yang ngetem di sana, meski sangat membahayakan.
Beberapa kali Yulita hampir tertabrak pas turun angkot, untuk naik angkota jurusan lain, karena si sopir berhenti seenaknya, bahkan pernah di tengah jalan.
"Sekalian ngetem. Di belakangnya juga banyak motor dan mobil yang ngebut, jadi sering diklakson, bahkan dipisuhi (diumpat) sopirnya, tapi ya biasa aja sopirnya, kayaknya sudah kebal," cerita Yulita, Kamis (14/4/2016).
Tiba-tiba barisan angkot yang ngetem di Jembatan Merah pergi serempak melihat mobil Dishub Kota Surabaya datang.
Yulita sadar angkot yang ngetem di jalan sangat memudahkannya, karena tidak harus menunggu lama penumpang sampai penuh. Lagipula ia tidak harus berjalan jauh menuju terminal.
"Enaknya langsung berangkat, meski belum penuh penumpang, tapi saya juga merasa kalo ngetem ya bikin macet. Karena kemarin sempat juga bawa motor, dan merasakan macet. Pas tahu macetnya ternyata karena ada banyak angkot ngetem. Ternyata begini rasanya kalau bawa kendaraan, jadi kesel sendiri lihatnya," ujar Yulita sambil tertawa.
Berbeda dengan Suliyani (44), ibu rumah tangga ini bersama putirnya ingin menuju Ampel dari Jembatan Merah Plaza. Ia senang adanya angkot yang mengetem di sembarang jalan.
"Enggak usah lama-lama menunggu. Saya sudah enggak kuat jalan jauh," ungkap Suliyani.
Ia merasa tak ada perbedaan tarif angkot yang berhenti di terminal dan terminal bayangan. "Sama saja Rp 4 ribu. Ya saya memilih yang jalannya cepat," kata dia.
Petugas Dishub Kota Surabaya, Mahdar AE, sering merazia angkot di depan Jembatan Merah Plaza karena seenaknya parkir meski sudah ada larangan berhenti di sana.
"Pertama kami beri surat tilang, kalau angkot dengan pelat yang sama itu melanggar lagi, akan kami derek paksa, banyak datanya di kantor," ujar Mahdar.
Dishub Kota Surabaya sering merazia acak angkot 'nakal' guna mengurangi volume kemacetan di Jembatan Merah Plaza karena sering ngetem sembarangan.
"Tapi ya masih saja tetap saja ada setiap hari, padahal sudah setiap hari razia," imbuh dia.