News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kronologis Terjadinya Turbulensi Hongkong Air

Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana evakuasi penumpang pesawat Hongkong Air, Sabtu (7/6/2016).

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Penerbangan pesawat Hongkong Airline Airbus A332-200 mengalami turbulensi di sekitaran Pulau Kalimantan.

Penerbangan yang mengangkut 204 penumpang itu terpaksa harus kembali ke Bandara Internasional Ngurah Rai usai terbang sekitar dua jam sebelumnya.

Menurut Kepala Otoritas Bandara Wilayah IV Bali dan Nusa Tenggara, Yusfandri Gona, penerbangan Hongkong Airlines itu dengan rute Denpasar menuju Hong Kong dan berangkat sekitar pukul 01.45 Wita.

Dalam penerbangannya, kondisi pesawat semua dalam keadaan normal.

"Pada waktu akan berangkat semua yang ada di dalam pesawat dalam keadaan normal," kata Yusfandri ketika ditemui di kantornya, Sabtu (7/5/2016).

Dalam penerbangan sekitar pukul 02.33 Wita pesawat mengalami guncangan, dan pada saat itu pilot melakukan disconnect atau auto pilot untuk mengantisipasi guncangan lebih besar.

Lalu setelahnya, pilot memutuskan RTB untuk kembali ke Bandara Ngurah Rai.

"Dan akhirnya landing di Ngurah Rai 04.25 Wita. Dan dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang, ada sekitar 3 orang kru pesawat dan 9 orang penumpang masuk ke rumah sakit. Sementara lima lainnya sudah dinyatakan aman dan di Poliklinik Bandara," jelasnya.

Menurut Yusfandri, normalnya dalam sebuah penerbangan memang tidak terjadi turbulensi atau tidak ada guncangan.

Sehingga turbulensi adalah adanya pergerakan udara dari atas ke bawah atau bawah ke atas (tidak beraturan).

"Jadi turbulensi bisa karena pertumbuhan awan dan aliran udara sendiri yang berubah," ungkapnya.

Sedangkan dalam kasus Hong Kong Airlines, kemungkinan besar dikarenakan adanya pertumbuhan awan colomunimbus (CB) yang harusnya terdeteksi di dalam kokpit.

"Makanya nanti pihak KNKT akan melakukan wawancara kepada pilot karena seharusnya awan CB terdeteksi di kokpit," tegasnya.

Di dalam setiap penerbangan, kata dia data-data cuaca dari BMKG akan selalu masuk ke maskapai itu Dan di dalam data cuaca itu akan diberikan data mengenai kecepatan angin, arah angin, kemudian area yang tumbuh awan CB-nya.

"Data cuaca itu diberikan dari satelit, BMKG memberikan layanan kepada maskapai. Dan itu yang dijadikan dasar oleh penerbang," jelasnya. (ang)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini