Tak hanya itu, menurut pengakuan Tika, anak asuhnya pernah menerima perlakuan biadab dari oknum aparat. Peristiwa itu terjadi di bulan puasa. Sebelumnya oknum itu menghubungi salah satu anak asuhnya menanyakan ada tidaknya razia di lokalisasi tersebut pada hari itu.
Setelah dikatakan tidak ada razia, oknum tersebut tak lama datang ke lokalisasi. Kemudian ia mengobrol dengan salah satu PSK, yang kemudian berlanjut hingga melayani nafsu oknum tersebut. Padahal itu terjadi di bulan puasa.
Sayangnya, justru itu menjadi pukulan telak bagi lokalisasi. Yang seharusnya tak beroperasi di saat bulan puasa.
"Selesai main, oknum itu nggak mau bayar. Dia malah telepon polisi, bilang kalau di Bayur masih ada ada yang 'melayani' di bulan puasa. Ya akibatnya di sini langsung razia. Anak asuh saya kena tangkap akhirnya. Kita yang repot.
Sudah gak bayar, malah mengadu," kata Tika yang jengkel dengan peristiwa itu.
Kisah-kisah itu setidaknya menggambarkan betapa susahnya mengais rezeki yang haram sekalipun. Ia pun menginginkan pemerintah serius menutup prostitusi dengan solusi memberi jaminan hidup dan pekerjaan bagi warga lokalisasi.
Kedatangan Menteri Sosial yang direncanakan turut hadir di Bayur nanti, dianggap Tika sebagai momen tepat berdialog mencari solusi.
Ia berharap 1 Juni nanti penutupan itu tak sekadar seremonial belaka yang kemudai beroperasi lagi selepas puasa. (dmz/nev).