TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr. Ir. Unggul Priyanto, M.Sc berjanji memberi perhatian serius terhadap pengembangan agroindustri sagu di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Dengan demikian, potensi sagu Lingga tidak lagi menjadi komoditas yang termarginalkan.
Hal itu diungkapkan Unggul usai melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bupati Lingga, H. Alias Wello di Tanjungpinang, Selasa, (31/5/2016).
“Insya Allah, pertengahan bulan Juli atau seusai lebaran Idul Fitri, saya akan agendakan ke Lingga melihat langsung perkembangan MoU ini,” ujarnya.
Hadir dalam penandatanganan MoU tentang pengembangan agroindustri sagu tersebut, Sekretaris Utama BPPT, Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M.Eng, Kepala Pusat Pelayanan Teknologi, Dr. Ir. Gatot Dwianto, M.Eng, Direktur Pusat Teknologi Agroindustri, Dr. Hardaning Pranamuda, M.Sc dan Kepala Balai Bioteknologi, Dr. Dra. Yenny Bakhtiar, M.AG.Sc.
Menurut Unggul, penggunaan tepung sagu sagu di Indonesia sebenarnya sudah tidak asing lagi. Apalagi, bagi masyarakat Lingga yang sudah turun temurun menjadikan sagu sebagai salah satu bahan pangan alternatif.
“Tadi pak Bupati menyampaikan, bahwa tanaman sagu di Lingga sudah ada sejak zaman kejayaan kerajaan Riau Lingga. Jadi, ini salah satu modal yang kuat untuk mengembangkan agroindustri sagu di Lingga,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Unggul juga memaparkan keberhasilan lembaga yang dipimpinnya dalam mengembangkan beras analog dari sagu dengan indeks glikemik rendah. Beras analog sagu ini dipastikan lebih sehat dan sangat cocok untuk penderita diabetes dan mereka yang menjalani gaya hidup sehat.
Sementara itu, Bupati Lingga, H. Alias Wello menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang tak terhingga atas dukungan dari BPPT. “Kabupaten Lingga ini adalah daerah yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun, miskin sumber daya manusianya. Oleh karena itu, kami perlu menggandeng para perekayasa BPPT,” ungkapnya.
Potensi lahan sagu yang tumbuh secara alami dalam bentuk hutan di Kabupaten Lingga, sambung Awe, panggilan akrab Bupati Lingga ini, mencapai luas sekitar 2.700 hektar. Lahan seluas itu, tersebar di dua belas desa dengan jumlah tempat pengolahan sekitar 140 unit.
“Jumlah produksi sagu Lingga saat ini, sekitar 7.898 ton per tahun. Rinciannya, sagu kotor 7.038 ton, sagu bersih 620 ton dan sagu kering 240 ton per tahun. Sistem pengolahannya masih sangat tradisional, sehingga mutu dan kualitas produknya masih kurang maksimal,” ungkapnya.
Perekayasa di Pusat Teknologi Agroindustri BPPT, Prof. Dr. Bambang Haryanto, MS yang juga ikut mendampingi Kepala BPPT, menyambut baik gagasan Bupati Lingga, H. Alias Wello yang concern pada program penguatan ketahanan pangan dengan memberdayakan sumber pangan lokal.
“Sagu itu memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan bahan pangan lainnya seperti beras, jagung, singkong maupun gandum. Sagu juga tidak memiliki efek negatif bagi usus. Karena itu, sagu dapat menjadi probiotik yang berguna untuk melancarkan pencernaan,” jelasnya.