Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Sebuah bangunan yang ukurannya tak lebih dari 10x10 meter berdiri di setapak 41, Jl Tamalate III, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.
Bangunan berlantai dua dengan dinding dicat berwarna hijau. Dindingnya tak lagi kokoh, sementara atapnya banyak yang bocor tertembus air hujan.
Bangunan tersebut rupanya adalah sebuah panti asuhan, Al Muallaf namanya. Sebuah panti asuhan yang menampung 32 anak yatim piatu. Sesuai dengan namanya, panti asuhan ini memiliki Muallaf di dalamnya, dialah yang membina panti asuhan saat ini.
Marlanita (43), seorang wanita asal daerah Polmas yang kini sehari-harinya bertindak sebagai Ibu bagi puluhan anak yatim piatu di panti tersebut. Saat ditemui, Selasa (14/6/2016), Marlanita menceritakan asal usul panti asuhan tersebut.
Marlanita merupakan seorang Muallaf, yang sebelum masuk islam bernama Omi. Bersama suaminya yang beragama islam Alm Andi Ilham Nawir, ia mendirikan panti asuhan empat tahun silam, tepatnya pada tahun 2012.
"Panti asuhan ini bernama muallaf karena saat ini pengurusnya mulai dari Ketua Yayasan, Sekertaris, Bendahara, dan Ketua panti asuhannya adalah seorang muallaf," ungkap dia.
Awal panti asuhan ini berdiri saat Marlanita yang kesehariannya sebagai penjual obat herbal sedang berada di rumah salah satu kerabatnya di Kabupaten Tana Toraja. Saat itu ada seorang tetangganya yang sedang mengalami kesulitan dan tak mampu mengurus anaknya.
Dia pun meminta kepada Marlanita untuk membawa dan merawat anaknya. Ia sempat ragu untuk mengambilnya karena Marlanita yang saat itu telah menjadi muallaf berbeda keyakinan dengan anak tersebut.
"Saya ragu, ini bagaimana caranya sedangkan kita berbeda keyakinan, tapi setelah itu saya putuskan untuk mengambil dan merawatnya," kata dia.
Anak tersebut kemudian ia rawat, dan dari situ muncul ide bersama suaminya untuk membuat panti asuhan. "Suami saya bilang kenapa kita tidak bikin panti asuhan saja," kenangnya.
Tahun 2012, panti asuhan tersebut resmi berdiri. Marlanita dan suaminya kemudian mengurus perizinan dan SK panti asuhannya itu. Namun Ia harus bersedih, lantaran setahun setelah panti itu berdiri, sang suami meninggal.
Akhirnya Malanita bersama empat putranya meneruskan panti asuhan tersebut hingga saat ini. Putra pertamanya Andi Irwansyah Nawir ia beri kepercayaan menjadi ketua yayasan.
Hingga saat ini panti asuhan tersebut terus menerima titipan anak. Namun mereka juga berhasil mendidik beberapa anak hingg tamat SMA. Sudah ada delapan orang yang berhasil ia sekolahkan hingga tamat.