Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Prianggoro
TRIBUNNEWS.COM, CILACAP - Letupan suara tembakan regu tembak tersamarkan oleh derai hujan yang turun begitu deras di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016) dini hari.
Setelah mendengar suara tembakan, Suhendro Putro (62) bersama 17 anggota timnya bergegas mempersiapkan prosesi pemandian jenazah terpidana mati. Lokasi pemandian berada di samping pos polisi.
Sebelum eksekusi mati digelar, selaku koordinator, ia dan timnya mendapat tugas memandikan sepuluh jenazah dari total 14 terpidana tahap ketiga yang dieksekusi. Belakangan hanya empat yang ditembak mati.
Lokasi pemandian jenazah tahap ketiga merupakan bangunan baru yang dimanfaatkan sejak proses eksekusi tahap dua beberapa waktu lalu. Baca juga: Kesaksian Pemandi Jenazah Terpidana Mati: Tenda Rubuh dan Dua Kali Listrik Padam
"Tempat pemandian jenazah sudah disiapkan untuk 14 jenazah. Rencananya lima jenazah di bangunan tersebut, sementara 10 jenazah di tenda-tenda," cerita dia.
Suhendro sempat kaget ketika diberitahu seorang aparat bila Suhendro dan timnya hanya memandikan tiga jenazah saja. Ini di luar rencana awal sebelum eksekusi digelar regu tembak.
Ia sempat ngeyel kepada petugas. Sebelumnya ia ditugasi memandikan sepuluh jenazah dan sudah mempersiapkan tim dari banyak orang.
Belakangan, Suhendro baru tahu bila hanya empat terpidana mati saja yang dieksekusi, tapi ia hanya memandikan Seck Osmane asal Senegal, Michael Titus Eighweh asal Nigeria, dan Humphrey Ejike alias Doctor dari Nigeria.
Butuh 60 Menit
Sebelum eksekusi digelar, Suhendro sudah mendapat jatah memandikan 10 jenazah dari total 14 terpidana yang dieksekusi mati, meski dalam eksekusi Jumat dini hari baru empat saja.
Kesepuluh terpidana mati yang harus dimandikan Suhendro adalah tujuh terpidana beragama Kristen dan tiga terpidana beragama Katolik.
"Yang memandikan jenazah dari Kristen 11 orang dan Katolik ada enam orang," ungkap Suhendro.
Suhendro menceritakan waktu untuk memandikan satu jenazah sekitar 60 menit. "Setelah ditembak, harus dipastikan dulu sudah meninggal atau belum lalu dijahit lukanya, dimandikan, dipakaikan baju," terang dia.
Pada eksekusi tahap pertama, Suhendro memandikan lima jenazah terpidana dan pada eksekusi mati tahap kedua memandikan tujuh jenazah.
"Grogi sih tidak, tapi memang ini tidak ringan. Saya memandikan jenazah sudah sejak tahun 1992," terang dia.
Pada eksekusi mati tahap pertama dan kedua, Suhendro bahkan menyediakan perlengkapan kematian untuk jenazah terpidana mati. Di antaranya peti, salib, dan lainnya.
"Tetapi untuk eksekusi tahap ketiga kali ini saya tidak diminta menyediakan perlengkapan kematian. Semua perlengkapan kematian jenazah terpidana sudah disediakan pihak kejaksaan dan kepolisian," kata dia.