TRIBUNNEWS.COM, MEULABOH - Seorang siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat dikeluarkan dari sekolah.
Kejadian itu diduga gara-gara ayah siswa tersebut kerap melayangkan protes dan kritik kepada pihak sekolah terkait kebersihan makanan dan sejumlah fasilitas asrama yang dinilai tak layak.
“Saya protes secara resmi dengan mengirimkan surat kepada pihak sekolah bulan lalu terkait kebersihan makan anak-anak yang disediakan pihak asrama karena sangat kotor, termasuk kebersihan lingkungan sekolah. Namun anak saya malah dikeluarkan,” kata Anwar (42), orang tua siswa kepada sejumlah wartawan, Rabu (27/7/2016).
Ia mengaku kaget dan kecewa terhadap kebijakan pihak sekolah yang selama ini dikenal terbaik dan unggul di Aceh Barat.
Ia menilai pihak sekolah mengeluarkan anaknya secara sepihak hanya gara-gara surat protes.
“Protes ini tujuannya agar kebersihan di sekolah itu dievaluasi, dengan harapan menjadi lebih baik ke depan. Ini malah pihak sekolah mengeluarkan anak saya,” tambahnya.
Ia mengakui menerima surat pengembalian anaknya dari MTs Nurul Falah pada Senin (18/7) lalu.
Namun, hingga kini Anwar belum bersedia menjemput anaknya di asrama karena menilai alasan pihak sekolah mengeluarkan kebijakan itu tidak masuk akal.
“Saya tidak dapat terima, sekarang saya sedang mencari keadilan dengan mengadukan kasus ini ke DPRD, Kemenag dan LBH Pos Meulaboh untuk perdampingan hukum,” ujarnya.
Pengurus yayasan serta komite sekolah Dayah Inti Nurul Falah Meulaboh Drs M Nur Djuned, Rabu (27/7) membenarkan telah memulangkan seorang siswa kepada orang tua karena sikap orang tuanya yang dinilai pihak sekolah tak bersahabat.
“Semua saran dan kritik untuk perbaikan di madrasah sudah kita penuhi, namun kenyataanya hal itu juga tak benar di mata orang tua siswa."
"Bahkan yang bersangkutan pernah beberapa kali berupaya melakukan provokasi supaya orang tua tak mengantar anaknya untuk menuntut ilmu di lembaga ini,” kata M Nur Djuned.
Selain itu, kata dia, alasan pihak sekolah mengeluarkan siswa tersebut lantaran sejak satu tahun terakhir orang tuanya tidak bersedia membayar uang makan bulanan kepada pihak sekolah sesuai aturan yang ada.
Hal ini dinilai telah menyalahi aturan. Menurut M Nur orang tua siswa tersebut selama ini juga kerap mengirim surat kepada bupati dan DPRK serta kepada media yang menginformasikan kejelekan sekolah yang belum tentu kebenarannya.
“Harusnya antara orang tua dan pihak sekolah ada sinergi. Kritik yang sifatnya membangun tetap kita terima dan perbaiki. Namun setelah diperbaiki juga tetap salah, mau bagaimana lagi kita perbaiki,” katanya.(serambi indoensia/edi)