News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

5 Mahasiswa ITS Manfaatkan Kulit Manggis Bahan Pembuat Sel Surya

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Surya, Saktia Golda S

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Selain dapat digunakan sebagai obat-obatan, sekelompok mahasiswa ITS memanfaatkan kulit manggis sebagai bahan pembuatan sel surya.

Diprakarsai oleh Ichsanul Huda, kelompok PKM Penelitian ini menemukan jika kulit manggis berguna sebagai salah satu bahan pembuat sel surya jenis Dye Sensitized Solar Cell (DSSC).

Melalui penelitian ini, kulit manggis akan menjadi motor penyerap cahaya matahari dalam device sel surya dengan penambahan nanomaterial kuantum dot dan ruthenium complex.

Huda, sapaan akrabnya, mengungkapkan komponen DSSC yang paling penting adalah dye (zat pewarna,red) yang digunakan.

“Hal ini karena dye akan berpengaruh pada proses penyerapan cahaya yang menentukan performa dari sel surya,” jelas mahasiswa Jurusan Fisika ini.

Huda mengakui penggunaan dye sebagai sensitizer pada sel surya ini cukup sulit disintesa, belum lagi biaya mahal yang harus dikeluarkan untuk membuatnya.

Ia dan keempat anggota kelompoknya mencoba membuat sensitizer baru yang bisa meningkatkan efisiensi kemampuan absorbsi (penyerapan, red) cahaya sel surya.

“Serta lebih murah,” ujar mahasiswa angkatan 2012 ini.

Jika pada penelitian sebelumnya hanya digunakan satu jenis sensitizer, kali ini digunakan kombinasi dari dua sensitizer.

Mulanya digunakan tiga variasi sensitizer yaitu dye alami, dye sintesis dan kuantum dot CdSe yang bisa menangkap cahaya.

Dye alami yang mereka gunakan ialah ekstraksi dari kulit manggis yang bisa menghasilkan zat pewarna antosianin.

Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa penambahan dye sintetis dan kuantum dot CdSe pada dye kulit manggis, daya serap sel surya dan performa prototipe DSSC bisa meningkat.

“Tak hanya itu, efisiensi sel surya juga bertambah sebesar 134.1 persen dan 106.3 persen,” ungkap mahasiswa asal Malang ini.

DSSC merupakan sel surya generasi ketiga yang ditemukan pada tahun 1991.

Sejak itu, para peneliti berlomba untuk menemukan komponen pembuatan sel surya dari nanopartikel yang lebih mudah dieksraksi dan bisa menekan biaya produksi.

Beruntung penelitian Huda, Wahyu Indayani, Santi Puspitasari, Badri Gigih Setiyawan, dan Muhammad Taufik Al Asy’ari telah diakui baik secara nasional maupun internasional.

Buktinya, penelitian mereka lolos dalam International Conference of Engineering, Science and Nanotechnology serta diterbitkan di situs jurnal penelitian bergensi, American Institute of Physics.

Huda berharap penelitiannya mampu mendorong berbagai studi mendalam mengenai bahan pembuat sel surya, serta pemanfaatan kulit manggis.

Indonesia diakuinya memiliki potensi besar sebagai penghasil manggis, namun belum dapat memanfaatkannya secara maksimal.

“Semoga dengan penelitian ini, kulit manggis bisa dimanfatkan dengan maksimal,” beber dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini