TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Pembina Tim Reaksi Cepat Perlindungan Anak Indonesia (TRC-PAI), Deisti Astriani Novanto berharap pembangunan Monumen Angeline di Bali sesegera mungkin bisa direalisasikan.
Monumen yang rencananya dibangun di sekitar rumah Ibu angkat Angeline, Margriet Megawe di Jalan Sedap Malam, Denpasar Bali bertujuan untuk mengenang kematian bocah kelas 2 SD 12 Denpasar yang telah dijadikan ikon perjuangan melawan kekerasan terhadap anak di Indonesia.
“Monumen ini bisa mengingatkan kita untuk tidak lupa bahwa ada anak yang menjadi korban tindak kekerasan yakni adik kita Angeline,” ujar Deisti Novanto di Jakarta, Jumat (12/8).
Tak dipungkiri, tindak kekerasan terhadap anak cukup banyak terjadi di tanah air. Karenanya dengan adanya monumen Angeline bisa menggelorakan semangat untuk melawan segala bentuk pelanggaran hak-hak anak maupun tindak kekerasan lainnya.
“Ini menjadi momentum menggugah kesadaran kita bahwa kekerasan terhadap anak di Indonesia harus dibumihanguskan,” katanya.
Istri Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto ini menambahkan, monumen Angeline merupakan satu satunya monumen anak di Indonesia bahkan di dunia.
“Nantinya monumen ini akan turut menjadi daya tarik pariwisata di Pulau Bali,” lanjutnya.
Sebagai langkah awal pembangunan monumen Angeline telah dilakukan penandatanganan Prasasti Angeline di Taman Budaya Renon Bali pada Rabu 20 Juli lalu.
Berbagai elemen terlibat dalam acara yang digagas TRC-PAI yang dikomandani Koordinator Nasional TRC-PAI, Naumi Lania.
Mulai dari Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, Pemkot Denpasar, hingga perwakilan SD 12 Sanur Denpasar.
Bahkan pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang diwakili Deputi Pelayanan Publik Diah Natalisa turut hadir dan memberikan dukungan. Sementara Kapolri yang berhalangan hadir diwakili Kapolda Bali.