Laporan wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Aipda Wayan Sudarsa ditemukan tergeletak bersimbah darah dan dilumuri pasir Pantai Kuta, 17 Agustus 2016 lalu. Ia ditemukan meninggal dengan 42 luka di tubuh dan kepalanya.
Menariknya, akar persoalan penganiayaan berujung kematian ini adalah tas tersangka Sara Connor yang hilang. Hanya saja, hingga saat ini, belum ada kejelasan siapa pencuri tas tersebut.
Kapolresta Denpasar, Kombespol Hadi Purnomo menyatakan, hilangnya tas Sara memang menjadi awal cek-cok Sara dengan Aipda Sudarsa yang kebetulan ada di pintu masuk pantai.
Tak jauh dari TKP (tempat kejadian perkara) pembunuhan. Hingga akhirnya, pergulatan antara Sara, David dengan Aipda Sudarsa terjadi.
Sara pergi untuk tetap mencari tasnya, sedangkan Aipda Sudarsa bergulat hingga tewas karena penganiayaan David.
Pukulan Handphone, Botol Bir, pecahan Botol bir dan teropong korban mendarat di kepala korban.
Lantas dengan adanya persoalan tas ini, Kapolresta mengaku, apabila hilangnya tas itu menjadi tuduhan dari David dan Sara kepada Aipda Sudarsa.
Sehingga, ada sikap tidak baik dari David yang menggeledah saku korban, hingga berujung ke pemukulan.
"Tas itu ditemukan di TKP, dan kartu ATM semua TKP. Dibuang di depan kul-kul TKPnya," kata Hadi, Selasa (23/8/2016).
"Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan, memang dicuri orang lain. Dan polisi dituduh," imbuh Hadi.
Akan tetapi, Hadi masih melakukan pengumpulan bukti lanjutan. Masih mencari alat-alat bukti. Dan akan tetap fokus pada kasus pembunuhan pasal 338 yang disangkakan pada Tersangka.
"Kita fokuskan ke pembunuhannya ini. Jadi yang pasti merekalah yang melakukan semuanya. Dan hanya dua orang ini kami tetapkan menjadi tersangka (tidak ada tersangka lain)," tandasnya. (ang)