Laporan Wartawan Surya, Haorrahman
SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Pengrajin batik di Banyuwangi dilatih untuk memiliki pemikiran motif-motif batik liar, tak harus seperti pakem yang ada.
Mereka dibebaskan bereksplorasi tanpa harus merujuk pada pakem kebiasaan. Ada batik Banyuwangi dinamakan A5 yang bermakna Abdullah Azwar Anas Ayam Adu. Motif ini dibuat oleh desainer kondang Merdi Sihombing, terinspirasi dari Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
"Motif ini bermakna Bapak Anas adalah sosok yang kecil, tapi kuat dan pemenang seperti ayam adu," kata Merdi kepada wartawan di Banyuwangi, Rabu (24/8/2016).
Baca: Geliat Batik Alam Khas Banyuwangi (1), Membongkar Tradisi Pewarna Kimia
Batik bermotif ayam adu berwarna emas di atas kain berwarna hitam. Motif-motif seperti itulah yang diajarkan Merdi kepada pengrajin batik Banyuwangi di Sanggar Sekar Bakung. Merdi berharap agar pengrajin bisa bereksplorasi menghasilkan motif yang di luar kebiasaan.
Erni Priyatin dari Batik Trisno, Kecamatan Cluring, mengatakan setelah mengikuti pelatihan, dirinya bersemangat mengembangkan batik berpewarna alam.
”Apalagi rumput liar ternyata bisa dipakai, juga daun-daun bergetah. Saya berniat untuk mengembangkan pewarna alam saja, karena ramah lingkungan,” kata dia.
Sri Sukartini Gatot, pengrajin sekaligus pemilik Sanggar Sekang Bakung mengatakan, dia dan sesama perajin lainnya mengetahui lebih banyak tentang pewarna alam.
Kini Sri mengetahui ternyata warna alam pun sangat banyak. Bahkan bisa didapatkan dari daun-daun yang jatuh di sekitar rumahnya.
Sri pensiun dari pekerjaan tiga tahun lalu. Setelah mengikuti pelatihan Pemkab Banyuwangi, kini dalam sebulan dia bisa menjual hingga lima batik tulis dengan harga berkisar Rp 1 sampai Rp 2 juta.
”Saya semakin bersemangat. Bila selama ini saya hanya tahunya pewarna alam dari kulit manggis, daun mangga, mahoni, dan jelawe, dari pelatihan ini pengetahuan saya tentang tanaman untuk pewarna lebih kaya. Saya bisa memanfaatkan putri malu, krangkong sejenis kangkung, daun ketapang dan daun jati yang jatuh. Dan ini sangat menguntungkan, karena bahannya ada di sekitar rumah saya,” ujar dia.
Para pengrajin ini selain warna juga dilatih untuk penggunaan pewarna alam untuk semua jenis kain, mulai dari kain alat tenun bukan mesin, sutra, katun sutra, kain primisima, hingga kain sari. Selain juga mereka diajarkan menciptakan motif dari alam sekitar, untuk memperkaya motif batik Banyuwangi.
Kepala Dinas Perdagangan dan Pertambangan Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo, mengatakan motif batik Banyuwangi terus berkembang. Awalnya hanya 20 motif kini berkembang menjadi 60 motif.
"Ini motif-motif yang sesuai pakem yang ada di Banyuwangi. Motif-motif itu terus berkembang," kata Hary.
Motif batik Banyuwangi berkembang menuju motif-motif yang tidak berdasarkan pakem. Nantinya akan diarahkan batik-batik yang bisa menggambarkan Banyuwangi. Ketika masyarakat melihat batik tersebut, sudah mengetahui dari mana asalnya.
"Jadi nanti bisa ada batik yang menggambarkan Kawah Ijen, Pulau Merah, atau wisata-wisata yang ada di Banyuwangi. Sehingga masyarakat langsung tahu, dari mana batik itu berasal," sambung Hary.