TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Peternakan sapi perah selama ini identik dengan daerah dataran tinggi yang memiliki hawa dingin.
Namun, di Kecamatan Purwoharjo Banyuwangi, puluhan peternak mampu mengembangkan sapi perahnya di dataran rendah yang beriklim tropis.
Di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi sekitar 80 peternak sapi perah yang bernaung di bawah Koperasi Karyo Remboko, sukses mengembangkan sapi perah yang produktif memproduksi ribuan liter susu segar per hari.
Menurut Ketua Koperasi Karyo Remboko yang juga salah satu peternak, Edy Sutrisno, beternak di daerah yang berhawa panas maupun di dataran tinggi tidak berbeda jauh.
"Beternak sapi perah tidak harus di dataran tinggi, di daerah yang panas seperti di sini juga bisa dijalankan. Kuncinya adalah disiplin, keuletan dan menjaga asupan makanan maupun nutrisi dari sapi perah," kata Edy.
Asupan makanan pada sapi, sangat berperan penting untuk meningkatkan produksi susu sapi. Per harinya satu ekor sapi perah membutuhkan makanan sebanyak 30-40 kilogram makanan.
Namun peternak di Purwoharjo tidak terlalu dipusingkan dengan pakan. Mereka telah memiliki formula pakan sapi tersendiri, berupa batang daun naga dan pohon jeruk.
Pakan sapi perah itu banyak ditemukan di daerah Purwoharjo dan kecamatan sekitarnya. Purwoharho juga merupakan salah satu daerah sentra buah naga dan jeruk di Banyuwangi.
Ternyata tidak mudah bagi peternak untuk menemukan formula pakan sapi itu.
"Formula pakan ini hasil uji coba kami. Bahkan saat itu 30 sapi perah mati. Setelah tanya sana-sini, ternyata buah naga yang kandungannya 90 persen air harus dicampur dengan bungkil jagung," kata Edy.
Dengan perawatan seperti itu, kini dalam satu hari per ekor sapi perah rata rata menghasilkan 10 liter susu. Bahkan di masa setelah melahirkan produksinya bisa mencapai 15- 20 liter perhari.
"Kalau beternak di hawa dingin pengaruhnya pada produksi susu 2-3 liter lebih banyak, tidak terlalu signifikan," ujarnya.
Setiap dua hari sekali, secara rutin koperasi tersebut mampu mengirim susu sebanyak 3000 liter ke pabrik Nestle. Sejak 2011, peternak Banyuwangi salah satu pemasok susu Nestle yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Rata-rata susu yang dihasilkan peternak sapi Purwoharjo ini masuk grade 1 -2. Kriterianya adalah kadar lemaknya di atas 12 persen, berat jenisnya diatas 1,014 dan kandungan bakterinya (TPC) di bawah 1 juta per mililiter.
Edy mengataan dari 80 anggotanya kini sapi perah yang berhasil dikembangkan mencapai 650 ekor. Melalui koperasi ini pula, Edy bersama rekan-rekan peternak lainnya telah menjadi salah satu pemasok susu segar bagi perusahaan Nestle.
Koperasi sendiri mengambil susu dari peternak dengan harga standar perliternya Rp 4700. Sementara susu dijual ke Nestle sesuai dengan grade yang ditentukan oleh perusahaan yakni grade 1-4.
Untuk grade 1 atau grade tertinggi harganya sebesar Rp. 5200/ liter, selanjutnya untuk setiap penurun grade harga dikurangi Rp. 200 perliternya.
"Selain itu, peternak sapi perah juga menjual susu secara langsung kepada konsumen seharga Rp 10 ribu per liter," katnya.
Koperasi ini juga memproduksi susu segar yang dijual dalam kemasan gelas plastik ukuran 240 ml. Susu sapi ini juga sudah mulai diolah menjadi permen susu.
Beternak sapi perah memiliki keuntungan ekonomis yang lebih tinggi dari pada sapi potong. Harga sapi perah terus naik. Kini, harga sapi perah bunting (hamil) per ekor Rp23 juta, padahal beberapa tahun lalu hanya Rp10 juta.
"Harganya tidak pernah turun. Peternak juga mendapatkan keuntungan dari susu dan dari anakan sapi yang bisa dijual," imbuhnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Pemkab terus mendorong kemajuan peternakan sapi perah di Banyuwangi. Salah satunya dengan melengkapi infrastruktur pendukung produksi susu sapi.
"Tahun depan kami akan memenuhi permintaan mesin pendingin (cooler) bagi kelompok peternak untuk menjaga kualitas susu sebelum didistribusikan," kata Anas.
Anas meminta pada petani untuk mulai berpikir lebih kreatif dengan lebih mengembangkan pengolahan pasca produksi.
Menurut Anas, peternak yang bisa mengolah susu menjadi produk makanan akan jauh lebih menguntungkan.
Seperti mengolahnya menjadi permen, atau membuat lulur yag berbahan susu sapi.
"Saya menginginkan agar peternak ini tidak menjual susu segar saja, namun diolah agar susu mempunyai nilai tambahn" kata Anas.
Seperti roti susu, tentu lebih mahal daripada susu segar yang belum diolah. Bahkan menurut Anas, Dinas Peternakan akan ditambah anggarannya untuk pengiriman peternak agar bisa mengikuti pelatihan pengolahan susu supaya nambah ilmunya.
Di Banyuwangi terdapat 200 lebih peternak sapi perah dengan populasi sapinya mencapai sejumlah 1200. Sebagian besar sapi perah yang berkembang di Banyuwangi adalah jenis Friesian Holstein (FH). (surya/haorrahman)