Laporan wartawan Serambinews.com, Mawaddatul Husna
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Masyarakat Peduli Sejarah (Mapesa) Aceh berhasil mengangkat 30 nisan dari 120 nisan yang terdapat pada 60 makam tokoh intelektual kesultanan Aceh, di rawa-rawa Gampong Pande, Banda Aceh.
Ketua Mapesa Aceh, Mizuar Mahdi didampingi Dewan Pembina Mapesa, Tarmizi A Hamid kepada Serambinews.com, (Tribunnews.com network) Minggu (25/9/2016) disela kegiatan meuseuraya (gotong royong) di Gampong Pande, mengatakan berdasarkan pengamatan Arkeolog Aceh, Dedi Satria sebelum musibah tsunami pada Desember 2004 lalu terdeteksi ada 60 makam di rawa-rawa Gampong Pande ini.
"Satu makam ada dua nisan jadi ada 120 nisan disini (Gampong Pande). Lalu setelah tsunami pada 2012 ditemukan kembali makam-makam itu, dan pada tahun ini teman-teman dari Mapesa kembali mencari nisan yang sudah terbenam karena tsunami tersebut. Nisan- nisan itu terbenam dengan kedalaman setengah meter sampai satu meter setengah," jelasnya.
Dikatakan Mizuar, dari 30 nisan yang ditemukan selama empat kali minggu meuseuraya itu terdapat nisan Syaikhul Askar yang bergelar Jamaluddin.
Ia merupakan seorang tokoh ulama dan pengarah dalam memimpin peperangan saat menghadapi Portugis.
Selain itu, juga ditemukan seorang ulama dari Samudera Pasai yang bergelar Tun Kamil. Ia seorang ulama yang shalih dan pemurah dan Syaikh yang cerdas.
Serta nisan Sitti Ula Syah binti Sultan Alaidin bin Sultan Ali Mughayatsyah yang merupakan pelopor berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam.
"Sitti Ula Syah merupakan putri sulung dari Sultan Alaiddin," ujarnya.
Sementara Dewan Pembina Mapesa, Tarmizi A Hamid yang juga kolektor naskah kuno Aceh mengatakan berdasarkan hasil kajian epigraf islam taqiyuddin muhammad, nisan-nisan itu diketahui sebagai miliknya para tokoh kesultanan Aceh adalah melalui inskripsi yang terpahat di nisan tersebut yang bertuliskan arab.
Di nisan itu juga terdapat nama dan syair-syair pengingat kepada generasi muda, seperti dunia ini sesaat maka jadikan ia waktu ketaatan.
Selama ini dikatakan Tarmizi yang akrab disapa Cek Midi itu, nisan-nisan yang ditemukan tersebut belum mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Dan diharapkan pemerintah dapat segera mendaftarkannya sebagai situs cagar budaya, agar cepat terlindungi.
Meuseuraya merupakan salah satu kegiatan Mapesa untuk mencari dan menata serta melakukan kajian pada situs-situs sejarah Aceh Darussalam. (*)