News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Waspada, 2.024 Desa di Jateng Masuk Kategori Rawan Bencana

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah mobil terbalik karena terseret material longsor di Kabupaten Garut, Rabu (21/9). Banjir bandang yang melanda Garut terjadi pada Selasa (20/9) malam yang sebelumnya terjadi hujan deras di sebagian wilayah Jawa Barat. Jumlah sementara warga yang meninggal 20 orang. TRIBUN JABAR/DENI DENASWARA

Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jawa Tengah memiliki 2.024 desa masuk kategori rawan bencana. Semua pihak maksimal mengantisipasi dan tanggap bencana.

"Di Jateng ada beberapa daerah rawan tsunami di antaranya Kabupaten Cilacap, Kebumen dan Purworejo," ujar anggota Komisi E DPRD Jateng, Rusman Abdullah, Jumat (30/9/2016).

Sinergi semua pihak dibutuhkan meminimalisir kerugian akibat bencana. Mengingat sejumlah sungai besar di Jateng rawan banjir. Bahkan ada 2.024 dari 7.809 desa di Jateng masuk kategori rawan longsor.

Politikus PKS ini mengimbau masyarakat mulai waspada dan memahami potensi-potensi bencana di lingkungannya. Mereka juga terus memantau sistem peringatan dini yang dipasang pemerintah.

"Peran masyarakat yang bisa dilakukan adalah membuat sumur resapan air. Cara ini selain bisa mengurangi volume air yang mengalir ke sungai, dapat juga menjaga kestabilan air tanah,” kata dia.

Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana per Agustus 2016 ada 32 dari 35 daerah di Jateng memiliki indeks rasio bencana (IRB) cukup tinggi, yakni di wilayah selatan.

Wilayah dimaksud di antaranya Cilacap 123 bencana, Banyumas 84 bencana, Purbalingga 33 bencana, Banjarnegara 21 bencana, Kebumen 38 bencana dan Purworejo 28 bencana.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan pihaknya telah menyiapkan berbagai logistik bantuan untuk korban bencana alam agar penanganannya tidak membutuhkan waktu yang lama.

“Logistik dan sebagainya sudah siap semua, ketika bencana terjadi Anda boleh cek di lapangan, BPBD, Tagana, dan pemkab (semua) turun," kata Ganjar.

Upaya-upaya pengurangan risiko bencana dilakukan semua pihak terkait, terutama di daerah-daerah rawan bencana. Mitigasi bencana ini memanfaatkan kearifan lokal di masing-masing daerah.

"Diharapkan sekarang lebih banyak peringatan dini karena kita tidak pernah tahu kapan bencana terjadi," ujar Ganjar.

Mengantisipasi datangnya bencana alam di berbagai daerah, Pemprov Jateng telah meningkatkan koordinasi dengan BPBD kabupaten atau kota, Tagana, dan berkirim surat ke para bupati dan wali kota untuk bersiaga.

Pada 4 Oktober mendatang, BPBD Jateng akan menggelar rapat koordinasi dengan BNPB dan BPBD kabupaten atau kota se Jateng. Mereka juga diminta menyiapkan siaga darurat mulai awal Oktober.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini