TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Sekitar 2.000 krama Desa Pakraman Busungbiu, Buleleng melaksanakan ritual meboros atau berburu kijang di hutan, Rabu (12/10/2016).
Ritual meboros ini dilakukan sebagai salah satu bagian dari rangkaian upacara pujawali alit.
Langit masih gelap, ribuan krama telah berkumpul di Pura Desa Busungbiu untuk melaksanakan persembahyangan sebelum berangkat ke lokasi yang diyakini ada kijangnya.
Pencarian lokasi meboros sudah dilakukan beberapa hari sebelum dilaksanakan agar lebih mudah menemukan kijang saat ritual.
Kali ini lokasi meboros dilaksanakan di perkebunan kawasan Pangkungbiu, Desa Titab, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.
Karena lokasi meboros sudah masuk wilayah desa lain, maka krama juga melaksanakan persembahyangan di Pura Desa Titab untuk memohon doa restu kepada Ida Betara yang berada di Kayangan Tiga.
Sembari mengenakan mukih, yakni udeng yang terbuat dari pelepah pohon pinang serta perlengkapan berburu, ribuan krama ini berangkat ke lokasi yang diyakini ada kijang.
Mereka membentuk formasi melingkar untuk mengepung kijang.
Saat formasi sudah terbentuk, para pemboros (pemburu) saling bersorak-sorai untuk mengagetkan kijang agar keluar dari persembunyiannya.
Saat kijang itu berusaha berlari, ribuan krama sudah bersiap untuk menangkapnya.
Saat didapati, kijang itu dilumpuhkan dengan berbagai senjata seperti tombak, parang dan celurit.
Hari itu, para pemboros cukup beruntung, seekor kijang sudah didapatkan dalam waktu yang tergolong cepat. Pagi menjelang siang pukul 10.15 Wita, kijang berhasil ditangkap.
Kijang yang tertangkap itu kemudian diusung beramai-ramai oleh para pemboros untuk dibawa ke Desa Pakraman Busungbiu.
Sesampainya di perbatasan desa, rombongan pemboros yang membawa kijang hasil buruan disambut dengan tetabuhan gong dan tari-tarian untuk selanjutnya diarak menuju pura desa.