Laporan Wartawan Surya, Anas Miftakhudin
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Ketua Yayasan Keraton Kasultanan Sri Raja Prabu Rajasa Nagara, Marwah Daud Ibrahim, menyesalkan dua pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi dibunuh.
"Kami menyesalkan kejadian itu. Harusnya kan ngomong kemaslahatan dan kemajuan bangsa. Menurut saya itu sebuah kecelakaan. Ya kami berduka," tutur Marwah usai diperiksa penyidik Polda Jawa Timur di Surabaya, Senin (17/10/2016).
Marwah memastikan penyidik tidak bertanya kepadanya soal pembunuhan mantan pengikut Dimas Kanjeng, yakni Ismail Hidayah dan Abdul Gani. Keduanya dibunuh dalam rentang waktu berbeda.
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Staf KBRI di Washington DC ini masih meyakini Dimas Kanjeng akan mengembalikan uang mahar jika pengikutnya berterus terang.
Namun, kedua pengikut senior Dimas Kanjeng yang meminta uangnya dikembalikan justru mengalami nasib tragis. Mereka dibunuh oleh para sultan Dimas Kanjeng.
Ismail diculik saat menuju ke masjid dekat rumahnya untuk melaksanakan salat Magrib pada 2015 silam, dan mayatnya dibuang.
Sementara Abdul Ghani diculik. Ia dibunuh dan mayatnya dibuang ke Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Pelakunya adalah Wahyudi Cs, seorang Sultan Dimas Kanjeng. Perkara pembunuhan Abdul Ghani sudah di Kejaksaan Negeri Probolinggo.
Dikonfirmasi Dimas Kanjeng terlibat dalam kasus pembunuhan Ismail Hidayah dan Abdul Ghani, Marwah memberikan jawaban diplomatis.
"Saya tidak yakin. Cara bertutur beliau (Taat Pribadi) itu bagus dan tujuannya untuk kemaslahatan umat," kata Marwah bersungguh-sungguh.
Marwah mengakui dirinya memberi mahar saat pertama kali masuk. Namun soal jumlahnya, perempuan asal Sulawesi Selatan itu tidak menjelaskan secara gamblang.
"Cuma sedikit. Itu sama dengan pendaftaran saat masuk organisasi. Bedanya di sini (Padepokan Dimas Kanjeng) itu mahar dan organisasi adalah pendaftaran," papar dia.
Ia meluruskan pendapat banyak orang, tak ada janji yang diberikan Dimas Kanjeng akan mengembalikan mahar yang sudah diberikan pengikutnya, apalagi jumlahnya berlipat.
"Tidak ada janji seperti itu. Tujuan utama keraton adalah untuk kemaslahatan umat. Kan para santri dari berbagai daerah agar mengusulkan program yang ada. Seperti gaji guru mengaji yang selama ini kurang diperhatikan akan diperhatikan," jelas dia.