News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengenang Kejayaan Tembakau Deli dan Kemakmuran Kota Medan

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penandatanganan tenaga kerja asal Jawa dengan pegusaha perkebunan tembakau Deli sekitar tahun 1905. REPRO ARSIP FOTO BADAN WARISAN SUMATRA/TRIBUN MEDAN

Laporan Wartawan Tribun Medan, Hendrik Naipospos

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Sekitar 1905 lahan tembakau Deli terus berkembang, kualitasnya telah diakui dunia sebagai satu di antara tembakau terbaik dari seluruh negara.

Hal ini tertulis dalam sebuah buku terbitan 1909 berjudul Twentieth Century Impressions of Netherlands India, Its History, People, Commerce, Industries and Resources.

Tersohornya tembakau Deli mengundang hadirnya para buruh yang lambat laun menciptakan keramaian di berbagai sudut kota. Seperti berdiri megahnya kompleks Kesawan sekitar 1920.

Baca: Menilik Kota Medan Tempo Doeloe Lewat Arsip Foto


Pembukaan lahan untuk perkebunan tembakau di Kota Medan sekitar tahun 1879. REPRO ARSIP FOTO MILIK BADAN WARISAN SUMATRA/TRIBUN MEDAN

Kompleks ini tercatat telah ada sekitar 1898, namun terlihat modern ketika hasil tembakau memberikan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

"Sebenarnya sudah ada sejak 1989, tapi belum seperti sekarang. Zaman itu kerbau masih menjadi moda transportasi di Kesawan," ungkap Ketua Pelaksana Harian Badan Warisan Sumatra (BWS), Hairul, kepada Tribun Medan beberapa waktu lalu.

"Kantor Lonsum (London Sumatera) selesai dibangun 1905 dengan nama awal Juliana Building. Wajah Kesawan tercipta sekitar 1925. Di tahun ini sudah berdiri bangunan modern seperti yang kita lihat sekarang."

Berkembangnya Kota Medan diikuti bertambahnya berbagai fasilitas, di antaranya penginapan, stasiun kereta api, dan kantor pos. Termasuk alun-alun kota, lapangan Merdeka dan bank di seputaran Kesawan.

"Para pengusaha yang hadir tentu memerlukan penginapan dan fasilitas penunjang. Penginapan pertama itu, Hotel De Boer, yang sekarang namanya Hotel Dharma Deli," imbuh Hairul.

Sementara untuk sarana komunikasi saat itu didirikanlah kantor pos. Di tengan kota ada alun. Dahulu namanya belum bukan Lapangan Merdeka.


Suasana di sepuatarn kesawan Kota Medan sekitar tahun 1920. REPRO ARSIP FOTO MILIK BADAN WARISAN SUMATRA

Hairul menjelaskan keberadaan stasiun kereta api di Kota Medan seiring berkembangnya secara pesat tembakau Deli. Kereta api menjadi moda untuk distribusi tembakau saat itu.

Penggunaan kereta api sebagai moda transportasi diinisiasi oleh Manager Deli Maatschappij, J.T Clemer. Deli Maatschappij saat itu tercatat sebagai perusahaan tembakau terbesar di Sumatera Timur.

Hairul menyebutkan, J.T.Clemer mendapatkan konsesi dari Pemerintah Belanda untuk membangun jalur kereta api dari Medan ke berbagai daerah.

"Yakni Medan ke Belawan, Deli Tua ke Binjai, dan terus berkembang hingga 54 stasiun. Pada saat itu stasiun utama di Belawan, sedangkan Medan hanya sekadar pusat pelayanan kereta api," Kata Hairul.

Jumlah lahan tembakau yang mulanya terbatas kini sudah semakin luas. Tanah Deli, Langkat, dan Serdang Bedagai sangat kaya dengan nitrogen, asam fosfat, dan kapur yang sangat cocok untuk tembakau. Permintaan benih tembakau Sumatera terus mengalami peningkatan terutama dari Amerika Serikat.

"Tembakau semakin hari semakin diminati. Lahan yang awalnya hutan juga dijadikan kebun tembakau. Iklim, tanah dan benih mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap kualitas tembakau. Ini menjadi latar Medan menjadi kota metropolitan hingga saat ini," jelas dia.

Sekadar informasi, BWS merupakan lembaga independen yang konsen terhadap pusat dokumentasi. Lembaga didirikan pada 29 April 1998 oleh delapan tokoh pemuda saat itu, satu di antaranya Gubernur Sumut saat ini, Tengku Erry Nuradi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini