Laporan Wartawan Surya, Pipit Maulidiya dan Videografer Dodo Hawe
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Suki (35) tampak ramah dengan busa-busa yang memenuhi sungai, tempatnya bermuara setelah seharian melaut ke perairan Juanda.
Adalah Sungai Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran Surabaya. Sungai yang kira-kira memiliki lebar 5 meter itu dipenuhi busa berwarna putih.
Anehnya meski buih memenuhi sungai, nelayan yang melakukan aktivitas di sekitar sungai tidak merasa risih.
Nelayan seperti Suki salah satunya. Pria berambut sepundak dan dikuncir kebelakang ini menuturkan busa-busa itu menjadi sahabat akrab sejak lama, artinya sudah menjadi pemandangan biasa.
"Gak ngganggu sih, aman dan tidak membuat kita gatal," katanya menyela saat ditanya Surya.co.id, Senin (31/10/2016).
Suki bercerita, busa itu ada sejak pembangunan pintu air di Sungai Tambak Wedi. Ia mengira karena sampah disaring di sana, buih-buih itu sisanya.
"Sejak dibangun saluran air itu. Sebelumnya nggak ada. Tapi nanti malam juga hilang kok ngga sampai lari ke laut," akunya.
Selain busa, saluran air Kenjeran dikenal menjadi muara sampah masyarakat Surabaya, yang membuang sampah sembarangan.
Suki mengaku untuk kebersihan sungai, pihak pemerintah sudah bertindak, yaitu dengan menurunkan bego untuk mengeruk lumpur.
"Kalau busa memang tidak pernah dibersihkan karena hilang sendiri," tegasnya.
Rodi, nelayan yang lain menuturkan hal senada. Pria yang berprofesi sebagai nelayan sejak 10 tahun silam ini tak bermasalah dengan busa-busa di sungai tempatnya meletakkan sampannya.
"Tapi kita juga tidak tahu kalau busa ini lama-lama akan membayakan perairan dan ikan-ikan di laut. Kalau soal pendapatan memang turun dua minggu ini.Biasanya pendapatan tangkap ikan dan jual normal Rp 300 ribuan, sekarang jadi Rp 200, tapi kami tidak tahu pasti kenapa," tambahnya. (*)