TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sejumlah warga yang mengejar pelempar bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda Seberang, Minggu (13/11/2016), memberi kesaksian.
Samuel Tulung misalnya. Warga yang kebetulan melintas setelah bom meledak ini sampai mengejar pelaku yang berenang ke tengah Sungai Mahakam menggunakan perahu nelayan.
"Saya sempat pukul satu kali, karena saat saya tarik dari sungai, dia melawan dan malah mau menarik saya juga ke dalam sungai," ujar Samuel.
Api sudah berkobar dan meliuk ke udara. Pandangan Samuel beralih ke seseorang yang berlari menjauhi gereja. Ia memutuskan mengejarnya bersama tiga warga lainnya.
Dengan tangan kosong, warga Loa Janan ini mengejar pelaku hingga ke tepi Sungai Mahakam. Ia melihat pelaku tidak membawa senjata apa-apa saat kabur.
Baca: Bocah-bocah itu Terkena Ledakan Bom di Muka Gereja
"Tidak ada bawa apa-apa. Dia lari saja. Saya kejar tanpa bawa apa-apa. Kami terus kejar hingga lebih 500 meter. Dia malah lari ke Sungai Mahakam," ujar Samuel.
Saat pelaku, belakangan diketahui bernama Johanda, terjun ke sungai Samuel meminjam perahu nelayan untuk mengejar pelaku yang berenang di sungai.
Samuel sempat berdebat dengan nelayan karena enggan meminjamkan perahunya. Setelah diberitahu perahunya untuk mengejar pelempar bom, nelayan itu bersedia.
"Akhirnya kami pinjam perahu. Beruntung, ketika sudah hampir di tengah sungai, ada kapal pengangkut pasir yang melintas dan menghalangi pelaku berenang. Akhirnya, langsung kami tangkap," kata dia.
Saat diamankan warga, tak ada identitas yang berhasil ditemukan di tubuh pelaku. Tidak ada dompet atau kartu identitas sejenisnya.
Baca: Tak Tega Lihat Bocah Korban Bom, Ibu: Ya Tuhan Tolong Anak Kami
Warga mudah mengenali pelaku dari rambutnya yang gondrong dan memiliki cambang. Di kantong pelaku, Samuel menemukan korek api gas, bentuknya berbeda dari korek api kebanyakan.
Samuel juga menemukan kayu kecil di kantong celana pelaku. Ia menduga korek itu termasuk salah satu alat untuk memicu bomnya. Saat tertangkap warga sempat memukuli pelaku sebelum diserahkan ke polisi.
Apa yang dialami Yohanes lain lagi. Saat itu ia sedang berdoa bersama jemaat lainnya di dalam gereja, tiba-tiba terdengar suara ledakan begitu lantang lalu mendekati suara asal.
"Kami menduga pelaku masuk ke halaman gereja menggunakan sepeda motor. Tiga motor lainnya bernomor polisi Kaltim. Satunya yang digunakan pelaku, bernomor polisi H, (kode) daerah Semarang," ujar Yohannes di lokasi kejadian.
Yohanes melihat api sudah berkobar tinggi. Sementara, sudah ada beberapa korban tergeletak di depan Gereja Oikumene.
Hal ini diamini pula oleh Samiun Perangin-angin, pendeta Gereja Pantekosta Indonesia (GPDI), yang juga berada di lokasi kejadian.
"Asap juga sangat banyak. Bahkan, api sudah sampai ke langit-langit. Saat itu, langsung kami bawa korban ke rumah sakit dengan menggunakan mobil," kata Samiun. (TRIBUN KALTIM)