Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Kasus narkoba di Kalimantan Timur (Kaltim) memang cukup menarik perhatian dan mengkhawatirkan.
Pasalnya hingga saat ini Kaltim masih bertengger di peringkat tiga nasional, di bawah DKI Jakarta dan Sumatera Utara, sebagai provinsi yang memiliki angka kasus peredaran maupun pengguna narkoba tertinggi.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Komjen Budi Waseso atau yang akrab dipanggil Buwas menjelaskan, hampir seluruh daerah di Indonesia rawan atas peredaran narkoba, terutama daerah yang memiliki bandara dan pelabuhan.
"Semua daerah rawan, terlebih kota-kota besar yang ada bandara dan pelabuhannya, daerah sungai juga rawan peredaran narkoba. Saya yakin Kaltim bisa zero narkoba, terlebih gubernur Kaltim sangat konsen dalam pemberantasan narkotika," ucapnya, Kamis (24/11).
Dia menilai, selain melakukan penindakan, aparat juga dinilai harus menekan angka penggunanya, karena narkoba erat kaitanya dengan permintaan dan pangsa pasar.
Dalam transaksi narkoba, Indonesia menempati posisi pertama se-Asean.
Hampir seluruh narkoba yang ada di Indonesia merupakan produk luar, kecuali narkoba jenis ganja, selebihnya berasal dari luar negeri, diantaranya China dan beberapa negara di Eropa.
"Menekan penggunanya juga harus gencar dilakukan, tidak hanya melakukan penindakan, maka dari itu penyadaran-penyadaran sejak dini terhadap pelajar maupun generasi penerus, perlu dilakukan, agar dapat memotong mata rantai siklus pengguna narkoba," ungkapnya.
Lanjut dia menjelaskan, dari data yang diterima oleh BNN, setiap harinya terdapat 40-50 orang yang meninggal akibat narkoba.
BNN telah membuat buku mata pelajaran tentang narkoba, yang diharapkan nantinya bisa masuk dalam kurikulum di sekolah.
"Dengan komitmen dari Kaltim, kami harap Kaltim bisa menerapkan buku pelajaran tersebut di sekolah, dan menjadi provinsi pertama yang menerapkan buku itu, dan tentu saja akan menjadi contoh bagi daerah lainnya," ucap Buwas.