News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berdebar Bupati Dedi Panjat Tebing Gunung Parang Lewat Via Ferrata

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mendaki tebing Gunung Parang di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (13/12/2016), melalui via ferrata. Ia mengaku tak lelah tapi takut karena jalurnya ekstrem. DOKUMENTASI HUMAS PEMKAB PURWAKARTA

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha

PURWAKARTA, TRIBUNJABAR.CO.ID - Bergelantungan menunju puncak Gunung Parang melalui via ferrata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi lakukan pada Selasa (13/12/2016) sore.

Via ferrata adalah jalur pendakian menggunakan kabel atau kawat baja yang membentang di sepanjang rute dan secara berkala yang menempel tetap pada batu.

Nah, apa yang dilakukan Dedi sekaligus menjawab tantangan pemuda Kampung Cirangkong, Desa Pasanggarahan, Kecamatan Tegalawaru.

"Ayo Pak, kapan lagi bupati punya waktu luang manjat via ferrata, waktunya masih cukup kok," tantang Mulyana (30), seorang penunjuk jalan ke puncak.

Semula Dedi tergeming karena waktu tak memungkinkan. Ia terpacu meladeni naik via ferrata setelah anaknya, Yudistira (13), rupanya telah bersiap memanjat.

Tali-tali pengaman sudah melingkar di pinggang Yudistira. Ia kebetulan sedang menjalani pendidikan vokasional sebagai ajudan untuk sang ayah.

Mau tidak mau, Dedi sebagai orang nomor satu di Purwakarta itu akhirnya bersedia memanjat.

Miftahudin (29), yang selama ini dikenal manusia cicak karena keahliannya memanjat Gunung Parang tanpa pengamanan langsung memasangkan tali pengaman ke pinggang Dedi.

Tak lama Dedi mulai meniti satu demi satu anak tangga besi dipandu sang manusia cicak. Ada rasa takut di mukanya tak bisa ia sembunyikan, tapi kakinya terus mendorong badannya sampai puncak.

Di ketinggian sekitar 100 meter Dedi sempat berhenti sebentar kemudian kembali memanjat. "Kagok (nanggung) lah, terusin. Ketinggiannya masih pendek ini," ucap Dedi mencoba menghilangkan keresahannya.

Sejam menjelang azan Magrib, Dedi dan putranya tiba di ketinggian 300 meter via ferrata. Dari puncak terhampar sawah, rumah-rumah penduduk dan permukaan air yang berkilau di Waduk Jatiluhur.

Senyum Dedi langsung mengembang meski sedikit pun ia tak lelah. Di balik kegembiraannya, belum hilang rasa takut yang menghinggapi Dedi naik gunung melalui jalur ekstrem.

"Akhirnya berhasil melawan ketakutan, itu yang saya rasakan. Lelah sih sama sekali tidak. Melawan ketakutan itu saya rasa penting, sebagai ajang pembelajaran. Kalau ketakutan itu harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketelitian contohnya saat menaiki via ferrata ini," ia bercelutuk.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini