Kondisi yang sama juga menurutnya terjadi di perbatasan laut. Luasnya perbatasan laut dan minimnya petugas, membuat tidak semua titik bisa diawasi secara maksimal.
Dan ironisnya, kata dia, ketika semua pintu masuk diperketat oleh petugas keamanan, malah yang berteriak adalah warga Indonesia itu sendiri. Alasannya, harga-harga sembako jadi melambung tingi.
"Ketika di Nunukan diperketat, di Sebatik yang longgar. Ketika Nunukan dan Sebatik diperketat, di Krayan yang longgar. Ketika semua diperketat, semua orang berteriak. Alasannya, sembako kita nggak lagi masuk dari perbatasan," ujarnya.
Satu hal yang menjadi catatan kata dia, khusus untuk kasus trafficking di Kaltara, belakangan memang sudah menurun.
Meskipun demikian, tidak akan pernah ada kata berkurang sepanjang Tenaga Kerja Ilegal (TKI) ilegal masih ada. Dan ini pun menurutnya dilematis.
Jika TKI ilegal dilarang, Pemerintah Indonesia masih kebingungan memberikan penghidupan yang layak.
Tentunya, semua hal ini masih jadi Pekerjaan Rumah (PR) besar. Bukan hanya bagi Kesbangpol, tapi bagi semua instansi terkait baik ditingkat pusat dan daerah.
"Dan TKI ilegal jadi masalah tersendiri bagi kita," ujarnya.