Perwakilan Balai Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Denpasar juga turut mengantarkan jenazah dari bandara ke rumah duka di Buleleng.
"Kami masih belum bisa berbincang dengan keluarganya, saat itu semua keluarganya menangis malam-malam, hujan juga, jenazah disimpan di dalam peti yang ditutup rapat belum dibuka. Setelah tiba, diupacarai sampai selesai pukul 23.30," kata Priyanti.
Sebelumnya diberitakan, pemulangan jenazah I Gusti Bagus Susila Sana (28) dari Kota Ibaraki, Azahi, Jepang, ke kampung halamannya di Dusun Praranan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, mengalami kesulitan dengan statusnya sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak resmi.
Krama Bali di Tokyo pun menggelar penggalangan dana untuk biaya pengiriman jenazah Bagus, Minggu (8/1/2017).
Bagus yang sudah empat tahun bekerja di Jepang, meninggal dunia, Jumat (6/1/2017).
Ia meninggal di usia muda diduga karena serangan jantung.
Baca: Sebelum Meninggal, Gusti Bagus Bilang Kelelahan, Sedikit Lagi akan Pulang ke Bali
Saat itu jenazahnya masih disemayamkan di Rumah Sakit (RS) Azahi di Kota Ibaraki.
Sejak setahun terakhir almarhum sudah tidak dinaungi agen yang memberangkatkannya empat tahun silam.
Ia pun berstatus pekerja ilegal. Karena itu, ia tidak berhak untuk mendapatkan asuransi kematian.
Di sisi lain, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo pun angkat tangan dengan alasan tidak memiliki anggaran untuk memulangkan jenazah Bagus.
Menurut informasi, pemulangan jenazah dari Jepang ke Bali memerlukan biaya sekitar 800 yen atau Rp 89 juta.
Sementara saat meninggal dunia, teman-teman Bagus menemukan uang di kantong celananya sebesar 400 yen.
Kondisi ini membuat krama Bali di Tokyo yang bergabung dalam Banjar Bali Tokyo tergerak untuk membantu saudaranya di perantauan.