Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi menilai, Dari serentetan kejadian bencana Hidrometerologi yang terjadi sejak tahun 2012 lalu, ada fenomena yang cukup menarik di tahun 2016.
Kepala BPBD Provinsi Jambi, Arif Munandar mengatakan, jika dilihat dari lima tahun terakhir, umumnya kasus bencaya banjir lebih banyak terjadi di wilayah hilir provinsi Jambi.
"Ini dikarenakan adannya banjir kiriman dari hulu sungai batanghari yang mengakibatkan genangan air disejumlah wilayah di Jambi bagian hilir seperti kota Jambi, Muaro Jambi, Kabupaten Tanjab Timur dan Tanjab Barat," katanya, Sabtu (21/1/2016).
Namun, di tahun 2016, bencana banjir yang umumnya terjadi di musim penghujan justru lebih rentan terjadi wilayah kabupaten Kota Jambi bagian barat meliputi, Kabupaten Batanghari, Tebo, Bungo, merangin, kerinci dan Kota Sungaipenuh.
"Banjir paling rawan, justru berada di daerah hulu kabupaten bungo merangin dan sarolangun. korban paling banyak. termasuk longsor akibat peti di merangin 11 orang meninggal dunia," ujar Arif Munandar.
Hasil evaluasi BPBD Provinsi Jambi untuk kasus bencana alam di Jambi, ada beberapa kabupaten yang masuk daftar rawan bencana banjir dan longsor.
Untuk kasus rawan longsor dan banjir meliputi Kabupaten Merangin, Sarolangun, Bungo termasuk kerinci.
"Wilayah hilir justri pemetaanya rawan kebakaran hutan dan lahan serta terbis atau longsor dipinggir sungai. Banjir justru di dataran tinggi yang lebih sering. Ini fenomena yang cukup unik," katanya.
Untuk itu, hasil evaluasi untuk itu, hasil evaluasi, ditahun 2017 wilayah hulu akan menjadi perhatian terkait potensi bencana banjir dan longsor.
"Tahun 2017 diperkirakan masih berpotensi terjadi bencana hidrometeorologi di wilayah hulu. ini menjadi perhatian kita,"katanya. (dnu)