Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Dua smelter senilai Rp 6,4 triliun yang berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan akan segera beroperasi pada 2017 ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah usai menghadiri acara serah terima jabatan Kepala BPK Perwakilan Sulsel di Makassar, Senin (23/1/2017).
Nurdin mengatakan pengoperasian industri pengolahan hasil tambang tersebut terus digenjot oleh pemerintah karena harga nikel di pasaran yang diprediksi akan mengalami kenaikan pada tahun ini.
"Sekarang harga nikel sudah naik. Insya Allah, dua smelter di Bantaeng itu masuk tahap pemantapan pada Februari dan Mei nanti sudah commissioning," kata Nurdin.
Menurut Nurdin, sebelumnya pihak investor berpikir menuntaskan dua smelter tersebut, lantaran harga nikel sempat jatuh di pasaran.
Ia menjelaskan, dua smelter di Bantaeng itu dibangun oleh dua investor berbeda yaitu PT Titan Mineral Utama (TMU) dengan investasi mencapai Rp 4,7 triliun, dan PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (HNAI) dengan nilai investasi Rp 1,7 triliun.
Keduanya merupakan investor dalam negeri, tapi menggandeng mitra dari Tiongkok.
Pengoperasian Smelter di Bantaeng menurut Nurdin tidak akan sulit, meski di daerahnya tidak terdapat tambang besar.
Menurutnya, para investor tersebut memiliki tambang sendiri yang tersebar di beberapa tempat seperti Morowali, Kolaka dan Bombana.
"Tak menutup peluang pihak investor menerima permintaan pengolahan hasil tambang kecil di sekitar Bantaeng," jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Bantaeng memang ingin menjadikan daerahnya sebagai klaster industri berbasis mineral terpadu, khususnya nikel.
Sejalan dengan itu, Pemkab Bantaeng menyediakan lahan seluas 3.000 hektare bagi investor smelter yang dinamakan Bantaeng Industrial Park.