Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Sangat menyedihan, tidak manusiawi, kondisi penuh kotoran dan tidak layak huni.
Demikian kesan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi usai meninjau panti asuhan milik Yayasan Tunas Bangsa di Jalan Singgalang V, Tenayan Raya, Pekanbaru, Selasa (31/1/2017).
"Kondisinya mengingatkan saya pada lokasi Engeline di Bali. Kondisinya begitu menyedihkan. Makanan dan pakaian ditumpuk begitu saja," terang pria yang akrab Kak Seto ini.
Baca: Kesaksian Penghuni Panti Neraka: Sudah 32 Orang Meninggal Selama 10 Tahun
Baca: Cerita Perempuan Muda Hamil di Panti Asuhan Tunas Bangsa
Baca: Polisi Periksa Pengelola Yayasan Tunas Bangsa di Polresta Pekanbaru
Baca: Penghuni Panti Jompo Disiram Air Panas Bercampur Cabai Rawit
Baca: Hasil Autopsi Polisi: Ada Kekerasan Tumpul di Tubuh Jenazah Balita 18 Bulan
Baca: Detik-detik Dinas Sosial Riau Evakuasi Balita dari Panti Asuhan Tunas Bangsa
Baca: Balita Zikli Muntah dan Keluar Cacing dari Mulutnya
Kak Seto mendesak sanksi keras dan tegas kepolisian terhadap pada pemilik atau pengelola panti asuhan, jompo, lansia dan orang gila di bawah kelola Yaysan Tunas Bangsa.
"Saya langsung laporkan pada Menteri Sosial. Kondisinya sangat tidak layak bagi anak-anak. Ini harus menjadi perhatian semua pihak," ia menegaskan.
Kak Seto menilai dengan kenyataan panti asuhan yang jauh dari melindungi, menurutnya itu sama saja sudah melanggar hak anak.
"Mungkin semacam tempat sampah. Sudah bau, penuh kotoran. Harusnya anak-anak atau bayi mendapatkan lingkungan yang bersih," papar dia.
Ia hadir untuk ke sana memastikan pemberitaan keberadaan panti milik Yayasan Tunas Bangsa. Kasus ini terungkap setelah muncul laporan kematian tentang Zikli, balita 18 bulan.