Hanya saja, tim penolong kesulitan untuk secepatnya melakukan evakuasi korban akibat lumpur yang memenuhi lubang galian sumur cukup padat.
Apalagi petugas yang mencoba turun ke dalam sumur galian pada kedalaman 8 meter dan memasukkan kayu sepanjang 4 meter tidak berhasil menyentuh tubuh korban.
"Kami tidak bisa terus turun ke dalam sumur untuk mengevakuasi korban karena lumpur cukup padat dan sulit ditembus," kata Nuryadin, Tim Reaksi Cepat BPBD Kota Batu.
Kepala BPBD Pemkot Batu, Sasmito langsung meminta bantuan mobil tanki penyedot lumpur dan kotoran ke Dinas PU Kota Batu.
Hal ini dilakukan untuk bisa mengurangi volume lumpur dalam sumur galian sehingga petugas BPDD bisa turun lebih dalam untuk mengevakuasi korban dari dalam sumur.
"Namun rupanya lumpur terlalu padat dan kuat sehingga harus kami cairkan dahulu dengan menambah air dari mobil tanki PMK. Mudah-mudahan upaya kami bisa segera berhasil," kata Sasmito.
Hingga pukul 19.00 WIB upaya mengevakuasi satu korban yang tertimbun lumpur dalam sumur galian belum berhasil.
Kepala Desa Tlekung, Bambang Sumanto memastikan kalau dua warganya yang menjadi korban tertimbun lumpur kotoran tidak dalam aktivitas melakukan penambangan pasir dan batu seperti diduga sebelumnya.
Keduanya murni sedang melakukan penggalian sumur untuk pembuangan kotoran ternak sapi perah.
Hal ini dilakukan setelah sumur pembuangan yang lama sudah hampir penuh.
"Jadi kedua warga itu murni melakukan penggalian sumur untuk pembuangan kotoran, bukan melakukan penambangan sirtu yang memang potensinya cukup besar di wilayah Desa Tlekung sampai saat ini," kata Bambang Sumanto.
Memang, menurut Bambang, dalam melakukan penggalian sumur buangan kotoran biasanya bentuknya di atas kecil atau berdiameter sekitar 1 meter dan di dalam cukup lebar.
Bahkan, di bawah bisa seperti terowongan.
Dan kemungkinan, tambah Bambang, ketika sedang dalam posisi membuat terowongan itulah dua penggali tidak menyadari kalau mengarah ke dinding lubang sumur kotoran lama.