Sampai di halaman belakang rumahnya, MK menodongkan pisau ke Anisa. Menurut pengakuannya ke penyidik, Anisa tak sengaja tertusuk pisau yang dipegang MK lantaran berontak.
“Saya tidak menusuknya. Pisau cuma saya todongkan. Karena dia bergerak, tubuhnya terkena pisau saya,” MK menambahkan.
Ada empat luka tusukan di tubuh Anisa. Melihat Anisa berdarah, MK panik. Bukannya menolong, MK malah mendorong tubuh Anisa ke dalam jurang yang di bawahnya mengalir sungai.
MK pun penasaran dan sempat bertanya-tanya dalam hati kondisi Anisa setelah terjatuh. Ia berinisiatif turun ke bawah mengecek kondisi Anisa.
“Saya lihat dia masih bergerak. Saya ambil batu saya pukul ke wajahnya tiga kali,” kata MK.
Setelah itu, MK menyeret tubuh Anisa ke atas yang berada di seberang rumahnya. Ia meletakkan tubuh Anisa di dalam semak belukar agar tidak ketahuan warga.
Usai menghabisi nyawa Anisa, MK beraktivitas seperti biasa. Ia pergi ke sebuah sekolah untuk berjualan gelang. Malam harinya, MK pulang ke rumah dan situasi sudah ramai karena Anisa hilang.
“Saya sempat ditanya warga mengenai Anisa, saya bilang tidak tahu,” ujar dia.
Aksi MK tercium oleh aparat Polsek Tanjungkarang Barat. Polisi mencurigai MK dan menginterogasinya. Sempat tidak mengaku, beberapa menit kemudian MK buka suara.
Kapolsek Tanjungkarang Barat Komisaris Harto Agung Cahyono mengatakan, kasus ini akan dilimpahkan ke Polres Pesawaran.
“TKP pembunuhannya di Pesawaran makanya kami limpahkan ke polres setempat,” ujar Harto.