Laporan Wartawan Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Sebagian besar masyarakat masih memandang remeh tanaman eceng gondok, tumbuhan air yang hidup terapung di permukaan air.
Tak demikian dengan Rasidha atau biasa dipanggil Ridho (45). Warga Desa ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, ini meraup ratusan juta saban bulan hasil mengolah tanaman gulma tersebut menjadi berbagai macam produk kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi.
Mulanya Ridho mengeluh banyaknya eceng gondok yang tumbuh liar tak terpakai di lingkungan sekitar rumahnya.
Dia berpikir menggunakan tanaman gulma itu untuk diambil seratnya sebagai bahan baku pembuatan produk kerajinan beraneka rupa.
"Banyak eceng gondok tumbuh liar di sini, tak terpakai, lantas muncuk ide, kenapa tidak kita manfaatkan saja seratnya untuk membuat kerajinan yang bisa dijual," ujar Ridho pada Kamis (23/2/2017).
Awal mulanya, produk kerajinan yang dibuat masih sedikit dan pendapatan yang didapat pun dapat dihitung dengan jari.
Sepinya peminat, tak membuat Ridho patah arang. Dirinya tetap konsisten membuat produk kerajinan dari bahan alam tersebut.
"Pertamanya kami menggunakan rotan untuk membuat produk kerajinan, namun minatnya sedikit. Akhirnya kami banting setir, dengan menggunakan eceng gondok yang lebih murah dan banyak didapatkan," keluh Ridho.
Minat masyarakat perlahan untuk produk kerajinan yang dibuatnya cukup besar. Dari usaha kecil-kecilan yang dirintisnya pada 2002, kini ia mampu memberdayakan 170 warga sekitar.
Omzet penghasilan yang didapat Ridho dari penjualan produk kerajinan eceng gondok mencapai Rp 120 juta setiap bulannya.
Kerajinan enceng gondok tersebut saat ini sudah masuk di pasaran luar, seperti di Eropa dan juga Australia.
"Selain dalam negeri, produk kami juga diminati oleh masyarakat lua, dan kini sudah dipasarkan ke beberapa negara di Australia dan Eropa," tutur Ridho.