Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengajak masyarakat menyayangi ginjalnya. Sebab penyakit ginjal bisa membuat penderitanya harus mendapatkan perawatan seumur hidup.
Plt Kepala Dinkes Kota Bandung, Nina Manarosana mengatakan, pasien harus menjalani cuci darah rutin jika fungsi ginjalnya di bawah 25 persen.
Penyakit ginjal termasuk penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi.
Seperti diketahui ginjal memiliki fungsi menjaga keseimbangan garam dan mineral, memproduksi renin pengatur tekanan darah, dan lainnya. Itu mengapa penyakit ginjal itu bisa merugikan pasiennya.
"Sebetulnya bisa dicegah dengan asupan makanan yang baik, olahraga bagus, dan minum rutin," kata Nina kepada wartawan di Rumah Sakit Immanuel, Jalan Kopo, Kota Bandung, Minggu (12/3/2017).
Baca: Setiap Minggu 2 hingga 4 Orang ke Rumah Sakit untuk Cuci Darah
Nina mengatakan, tingginya penyakit non menular, satu di antaranya ginjal itu dipicu perilaku masyarakat.
Menurutnya, pola makan yang tidak teratur, asupan makanan yang sembarangan, dan kurangnya aktivitas menjadi pemicu sakit ginjal.
"Kalau lihat statistik itu yang paling banyak masyarakat itu konsumtif terutama terhadap makanan jadi. Makanan jadi itu makanan atau minuman kemasan atau yang dijual di jalan. Jadi masyarakat tinggal makan," kata Nina.
Meski begitu, Nina menilai, tak semua makanan jadi berbahaya untuk tubuh manusia. Maka dari itu, masyarakat perlu mengetahui bahan, cara penyajian, dan cara pengolahan makanan jadi setiap membelinya.
"Pastikan makanan kemasan itu terdaftar di BPOM dan Dinas Kesehatan. Lihat juga expired dan bahan-bahannya. Kalau tidak ada harus hati-hati walau makanannya terkenal. Makanan dari luar juga harus dilihat, jangan cuma gara-gara produk dari luar kita bisa langsung beli," kata Nina.
Di Kota Bandung, kata Nina, penyakit ginjal turut menyumbang tingginya jumlah penyakit non menular yang meningkat tiap tahunnya.
Berdasarkan data, jumlah penyakit non menular mengalami peningkatan sejak 2009.
"Ginjal termasuk penyakit non menular yang tinggi. Penyakit non menular meningkat tiap tahunnya. Mulai 2009 itu angkanya 37 persen, 2015 jadi 72 persen," kata Nina. (cis)