Untuk sampai ke Karossa, Mamuju, Muna harus menempuh perjalanan sekitar 638 km. Jarak itu ditempuh selama kurang lebih 32 jam, dengan angkutan umum bus.
Dari Kaladi, Salubara, Muna lebih dulu ke Palopo, sekitar 72 km ke selatan. Itu butuh waktu sekitar 4 hingga 5 jam.
Lalu dari Palopo, dia naik bus ke Parepare, 288 km. Dari Parepare melanjutkan perjalanan sejauh 358 km ke utara, menuju Mamuju, dan melanjutkan naik bus sekitar 3 jam sejauh 71 km ke Karossa.
Munariah melintasi 2 provinsi, 3 kota, dan 7 kabupaten hanya untuk menyaksikan ‘lantai’ persemayaman terakhir ayah dari dua putrinya.
Kepada wartawan Tribunsulbar.com, Nurhadi Para’, Muna bercerita, dia tak pernah menyangka hidup suaminya berakhir di perut ular sanca.
Muna bercerita, hari Minggu (26/3/2017) malam, dia bermimpi suaminya ada di Palopo.
Dalam mimpinya, Akbar hendak pulang ke Salubiro, kampung halamannya di Mamuju.
“Saya bilang, jangan pulang dulu, tapi Akbar ngotot, kembali. Saya bilangi, kalau mau pulang bawa anakmu juga,” kata Muna.
Akhirnya, Akbar berangkat membawa anak pertamanya, Putri.
“Saya anggap itu biasa-ji, firasat saya Akbar cuma sakit,” ujar Muna.
Awal Januari lalu, kepada istrinya, Akbar sempat mengemukakan niatnya, untuk bertemu bayi sekaligus rencana menunaikan ibadah puasa Ramadan 1438 H bersama anak-anaknya di Kaladi, Luwu.
Akbar yang hanya petani sawit di kebun INTI Rakyat itu mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit.
Namun, perjuangan sang ayah gagal telak Minggu itu.Ketika tengah memanen di kebun sawitnya, Dusun Pangerang, ular piton raksasa datang memangsa.
Akbar ditelan bulat-bulat piton raksasa 7,1 meter. Jasad Akbar ditemukan utuh di perut ular piton, Senin (27/3/2017) malam.
"Ada ini uangnya kodong (kasihan) dia simpan,” kata ayah kandung almarhum, Muh Ramli (50),
"Dia simpan ini uangnya untuk ongkos dia pakai ke sana lihat anaknya, karena sekalian mau juga rencana puasa di sana,” tutur Ramli menambahkan.(*)