TRIBUNNEWS.COM -- DUA balita, Fazri (5) dan Aisyah (2) yang menjadi korban penyanderaan pamannya sendiri menjadi perhatian Dinas Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Kota Tarakan.
Konsuler, Psikolog dan Terapis Dinas Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Kota Tarakan, Vanny mengungkapkan, dua balita korban sandera ini akan mendapatkan terapi. Apabila tidak terapi, dikhawatirkan kedua bocah tersebut akan mengalami trauma dan bisa menirukan apa yang telah dilakukan pamannya.
"Jadi wajib terapi, apalagi tadi saya sempat menjenguk Fazri di rumah sakit. Waktu saya datang saya melihat kondisinya terlihat depresi. Ini dapat saya lihat anak ini menutup mata, lemas, diam dan tidak bereaksi, artinya ini gangguan kejiwaannya agak tinggi," ujarnya.
Menurut Vanny, Fazri mengalami depresi, karena melihat langsung ibundanya ditusuk dan melihat darah yang mengalir dari tubuh ibunya. Selain itu juga mendengar bunyi tembakan dan banyaknya masyarakat yang melihat peristiwa itu.
Apabila pengobatan Fazri telah selesai, ia berencana melakukan terapi terhadap Fazri dan Aisyah di rumah terapi Bunda Vanny, Jalan Sumatera. "Selain kedua balitanya, kami juga akan terapi ibundanya. Kalau untuk ibundanya kita terapi perilaku," katanya. (jnh)