Pembongkaran paksa itu lah yang kemudian menyebabkan GKR Timoer terkurung.
Terkurungnya Timoer diceritakan saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon pada Minggu (16/4/2017) sore.
Timoer beralasan tak tahu menahu dengan situasi yang terjadi saat itu di area dalam keraton.
Awalnya ia ingin bertahan dan tetap tinggal di lingkungan keputren, namun ia justru dikunci dari luar hingga membuatnya tak bisa kemana-mana.
"Yang saya tahu saya terisolasi di keputren, mau keluar lewat mana gabisa, dikunci dari luar semua, dari kemarin," terangnya.
Menurutnya, secara adat sebagai anak raja berhak untuk tinggal di keputren.
"Kalaupun ada pengusiran dan pengosongan harus atas dasar putusan pengadilan," tegasnya.
"Itu yang membuat aparat mundur dan tidak berani mengusir saya lagi," imbuhnya.
Terkurunganya GKR Timoer di lingkungan keputren tersebut membuat ia akhirnya terpisah dari putranya, seperti yang diceritakan dalam Instagram Lambe Turah berikut:
"Jadi begini ceritanya saat penggembokan keraton solo posisi anak lagi di luar,
Alhasil si anak ga boleh masuk keraton sama sekali pdhl kan rumahnya di sana dan waktu bertemu ibunya ( putri keraton solo ) harus ditemenin oleh pihak kepolisian.
video tadi pertemuan pertama setelah penggembokan.
Setelah bertemu selama 3 jam anaknya harus meninggalkan keraton lagi.
Skrg anaknya sakit dan dirawat di rumah sakit akibat tidak bisa pulang ke rumah bertemu dengan ibunya.