TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Hari Kartini yang diperingati tiap 21 April terwujud sebagai peringatan dan penghormatan atas perjuangan kaum perempuan, simbol kesetaraan gender, serta emansipasi wanita.
Kini, perjuangan RA Kartini kini berbuah manis. Segala keterbatasan yang mengungkung hak-hak wanita dahulu kala berhasil dihilangkan masa kini.
Setelah ratusan tahun peringatan itu dirayakan, bukan berarti pekerjaan rumah mengenai perlindungan dan hak-hak wanita selesai diperjuangkan.
Memang, tak seperti dulu, ketika Kartini harus bergerilya memperjuangkan hak-hak wanita agar mendapatkan pendidikan layak. Kini, "Kartini-kartini" itu kadung tumbuh dengan mudahnya akses pendidikan.
Banyak wanita karier sukses, namun berhasil pula menangani tugas rumah tangganya selama masih mampu merancang manajemen waktu.
Dalam bekerja, semua dituntut profesional. Tidak memandang pekerja laki-laki atau perempuan, memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sesuai upah yang diperoleh.
Apalagi, saat ini tak sedikit perempuan yang mendapat kesempatan berkecimpung di lingkup pekerja yang mayoritas laki-laki. Seperti dunia pertambangan.
Pekerja wanita di tengah areal tambang batu bara sudah mulai berseliweran. Mengemudikan truk raksasa atau dikenal julukan operator. Berpakaian seragam dengan sepatu kerja setinggi betis, berompi dan mengenakan helm.
Satu di antara wanita yang memilih profesi sebagai operator truk adalah Rini Pratiwi.
Wanita kelahiran Sangatta, 12 Desember 1987 lalu ini bergabung sebagai operator sejak 2008 lalu. Keinginan memperoleh penghidupan yang lebih baik, membawa langkahnya memasukkan lamaran ke PT Kaltim Prima Coal.
"Saat itu, saya sudah bekerja di perusahaan jasa. Kemudian dengar ada lowongan untuk operator bagi putra daerah Kutim, khususnya Sangatta, yang lahir dan bersekolah di Sangatta. Saya juga melihat mereka yang bekerja di perusahaan seperti PT KPC, bisa lebih baik kehidupannya," ungkap operator yang saat ini tergabung dalam Crue Bravo Hatari ini.
Meski tidak memiliki pengalaman mengendarai roda empat, apalagi alat berat, Rini tetap nekat melamar. Dukungan dari keluarga cukup besar. Rangkaian proses panjang pun dilalui dengan mulus. Buahnya, ia berhasil diterima.
"Waktu itu melamar saja. Nggak punya pengalaman operator, kursus atau sekolah operator. Karena memang, kita tidak langsung dilepas berkendara, tapi ada pelatihan dulu dari perusahaan, sampai benar-benar bisa mengendarai unit," ujar Rini.
Menurutnya, semua butuh proses, termasuk pekerjaan. Dunia kerja di areal pertambangan yang penuh risiko dilakoni Rini dengan rasa senang.