TRIBUNNEWS.COM, AMURANG - Kelompok Petani Aruy Desa Talaitad Utara mulai merasakan dampak turunnya harga Cap Tikus mereka berharap pemerintah segera turun tangan untuk membantu mereka.
Hal ini disampaikan langsung oleh Reagen Lantang, Ketua Kelompok Tani kepada Tribun Manado, Minggu (7/5/2017).
"Harga cap tikus beberapa bulan belakangan ini untuk satu galon tidak sampai Rp 300 dengan ukuran 25 liter. Dulunya pernah mencapai Rp 1 juta," ungkapnya.
Untuk itu dia dirinya bersama kelompok berputar otak untuk tetap bertahan menjual produk daerah tersebut.
"Kami mulai berpikir untuk mengembangkan produk Cap Tikus menjadi produk rumah tangga lainnya seperti bahan bakar dan pembuatan kosmetik," katanya.
Namun dikatakannya untuk menghasilkan produk yang baru membutuhkan alat penyulingan alkohol teknis.
"Semoga pemerintah dapat memberikan bantuan alat. Karena yang kami lihat peluangnya sangat besar. Karena selalu digunakan setiap orang," ujarnya. Dia menambahkan jika menggunakan alat maka produksi akan lebih cepat dan kualitas produk pun akan terjamin kualitasnya.
Lanjut Lantang, dirinya cukup khawatir untuk kelangsungan kehidupan petani cap tikus kedepan jika harga terus anjlok.
"Bagaimana kami mau menyekolahkan anak-anak jika harga terus turun," terangnya.
Diwawancara terpisah, Hukum Tua Desa Talaitad Utara, Ventje Mangindaan mengatakan sekitar 70 persen warga bekerja sebagai petani cap tikus.
"Di desa kami ada perkebunan pohon seho. Sehingga warga manfaatkan untuk diproduksi produk olahan berupa cap tikus dan gula merah," kuncinya. (Tiw)