TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Istri Partai Golkar (IIPG) Deisti Novanto dan rombongan menyapa para korban bencana banjir bandang di dua desa yaitu, di Desa Sambungrejo dan Desa Seloprojo, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (16/5/2017).
Banjir bandang yang terjadi di pengujung April ini telah merenggut lebih dari 10 korban jiwa dan merusak bangunan, dan pertanian di beberapa dusun di Kecamatan Grabag, Magelang serta memutus mata pencaharian warga terdampak.
Selain membagikan 400 paket sembako dan makanan sehat untuk anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui, IIPG juga menyumbangkan 2 tandon air kapasitas 5.000 liter dan 1 genset untuk kedua desa tersebut.
Rasa prihatin dan dukacita diungkapkan Deisti Novanto mengawali proses penyerahan bantuan untuk para korban.
“Kami dari jajaran pengurus Ikatan Istri Partai Golkar turut prihatin dan berduka cita atas musibah yang terjadi di Desa Sambungrejo ini," ujar isteri Setya Novanto ini seperti dikutip Tribunnews.com dari keterangannya.
"Semoga apa yang kami sampaikan saat ini adalah wujud dari rasa kepedulian kami atas apa yang menimpa Bapak dan Ibu,” kata Deisti Novanto.
Deisti Novanto pun mengingatkan warga untuk senantiasa waspada dalam mengantisipasi bencana alam yang terjadi sembari mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Untuk itu, Deisti meminta kepada pemerintah untuk menindak tegas setiap pelanggaran yang dibuat oleh oknum yang dapat menyebabkan rusaknya kelestarian lingkungan hidup.
"Bahwa banjir bandang yang terjadi baik di Magelang atau di kota lainnya, selain dipicu oleh curah hujan yang tinggi, juga diakibatkan oleh perlalihan fungsi hutan lindung menjadi daerah pertanian serta longsoran yang menutup aliran sungai," ucapnya.
Ia pun mengingatkan, berkaitan dengan wilayah Indonesia adalah mayoritas rawan bencana, sudah saatnya pendidikan untuk mengenalkan pencegahan dan upaya penanganan bencana alam dapat diakomodir oleh kurikulum pendidikan di Indonesia, bahkan mulai di tingkat pendidikan usia dini.
“Sangat penting bagi kita untuk dapat mengenali potensi bencana alam di sekitar kita dan hal ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar di institusi pendidikan, entah itu dalam mata pelajaran khusus atau ekstra kurikuler, bahkan mulai dari pendidikan anak usia dini,” katanya.