News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesta Homo di Kelapa Gading

Wow, Terntyata Geliat Kaum Gay di Palembang Tak Kalah dengan Jakarta, Banyak yang Masih SMP

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kaum Gay

TRIBUNNEWS. COM - Penggerebekan dan penangkapan 141 kaum gay di Jakarta sepertinya merupakan fenomena gunung es di Indonesia.

Jakarta sebagai kota besar di Indonesia, menjadi titik sentral berkembangnya kaum LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender).

Namun tahukah, di Sumatera Selatan khususnya Palembang sebagai Kota Metropolitan sejak tahun 2013 telah berkembang kaum LGBT.

Berdasarkan penelusuran Sriwijaya Post tahun 2013 kemarin saja, fakta mengejutkan terjadi di Kota Pempek terkait kaum homoseksual.

Bahkan dari data yang ditemukan kehidupan homoseksual khususnya Lesbi dan Homo banyak terjadi pada ABG.

Anak-anak usia belasan di Kota Pelembang memiliki risiko mengalami penyimpangan orientasi seksual akibat pergaulan.

Kesaksian dan penelusuran terhadap komunitas penyuka sesama jenis di kota ini dapat membuktikan hal itu.

Meskipun masih tersisa kesan tertutup, kehadiran komunitas tersebut di tempat umum sudah sangat mudah ditemui.

Mereka terlihat sudah lebih merasa bebas menampakkan jati diri.

Sejauh ini, komunitas lesbian di Palembang menyukai kawasan Museum BKB, Kambang Iwak Kecil (samping Masjid Taqwa), TVRI, dan Simpang Polda. Sementara itu, gay menyukai BKB, Simpang Polda, dan mal-mal.

Dalam penelusuran Sripo, seorang pemuda, R (21), yang adalah lelaki penyuka sesama jenis, mengungkapkan, banyak anak yang masih duduk di bangku SMP menjadi gay.

“Kalau dulu saya suka dengan brondong (anak di bawah umur) untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R

R mengaku, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit).

Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay ABG, mulai dari "hanya bersenang-senang", "cinta satu malam", hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.

Dalam hubungan penyuka sesama jenis dikenal istilah top untuk pria yang berperan sebagai pria dan bottom bagi pria yang berperan sebagai wanita.

Gay ABG bisa berperan menjadi kedua-duanya. Tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan sebagai apa.

A (24), lelaki gay lainnya, menuturkan, gay ABG yang sudah "setengah jadi" mudah diarahkan untuk berperan menjadi B (dari kata bottom).

“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.

Para ABG, ujar A, memiliki rasa ingin tahu yang lebih.

Mereka ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A.

Di hadapan ABG tulen itu, A pun berperan sebagai perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang ABG.

“Mereka ingin tahu rasanya ML (making love) dan kita penuhi itu. Berperanlah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” kata A.

Munculnya fenomena lelaki atau wanita sesama jenis yang masih berusia belia di Palembang jelas menjadi sorotan.

Meski masih tertutup, namun ternyata mendapati mereka tak bisa dibilang sulit.

“Tidak sulit mencari ABG sekong (sakit) di Facebook, Twitter atau BBM. Mereka lebih mudah diajak ketemuan. Kita janjikan dugem dan minuman gratis sudah mau diajak intim,” ungkap R, seorang lelaki homoseksual di Palembang, akhir pekan lalu."

“Mereka butuh perhatian dan sikap manja. Sedangkan kita juga ingin memberikan hal itu. Jadi cocok atau punya kesamaan. Yang satunya ingin kasih perhatian lebih, dan satunya lagi butuh perhatian lebih,” ucapnya R lagi.

Sebuah halaman di mana banyak gay di Palembang berbagi kontak dan profil mereka masing-masing.

Twitter/Wechat/Betalk sampai paling klasik Facebook juga menjadi sarana mereka berkenalan.

Untuk menemukan pasangan gay lain, R juga memasang sebuah iklan pijat urut di media cetak.

“Tapi untuk kenalan di koran, kebanyakan adalah paruh baya. Tak pernah ada ABG,” ungkap R.

Sementara bagi E (26), dirinya kurang begitu tertarik mencari gay ABG untuk menjalin hubungan serius terkecuali bersenang-senang.

Terkadang teman-temannya sering menyodorkan ABG untuk diajak kencan atau berhubungan badan dalam sebuah kesempatan di hotel atau tempat dugem.

“Kalau kata teman-teman, berondong itu menggemaskan. Bisa jadikan mereka sosok yang lebih dewasa bila menjalin intim dengan berondong. Itu kalau si berondong mau jadi B (bottom),” jelasnya singkat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini