TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Suasana duka dan kehilangan begitu terasa di kediaman keluarga besar Bripda Imam Gilang Adinata, Kampung Srago Gede, Kelurahan Mojayan, Kecamatan Klaten Tengah.
Gilang, demikian polisi 25 tahun itu disapa, merupakan salah satu korban meninggal dunia pasca terjadinya ledakan bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Keluarga besar merasa begitu kehilangan, mengingat Gilang merupakan sosok yang dibanggakan keluarga. Pasalnya, ia merupakan satu-satunya anggota keluarga yang berhasil diterima sebagai personel kepolisian.
Rohmat Sugiharta, paman korban mengatakan Gilang sempat pulang untuk turut serta tradisi sadranan di kampung halaman akhir pekan lalu. Ia sempat berziarah ke makam kakeknya.
"Dia sempat pulang sehari semalam, kemudian kembali lagi ke Jakarta karena panggilan tugas," ujarnya.
Namun saat pulang dari Jakarta, Gilang tampak kurang semangat. Padahal, kata Rohmat, Gilang merupakan pribadi yang supel dan selalu bersemangat.
Terlebih saat pulang kampung, mengingat sejak kecil Gilang tinggal di Srago Gede.
"Anaknya sedikit lesu dan kurang semangat. Padahal biasanya dia senang kalau ada tradisi sadranan. Tapi pulang kemarin, seperti ada yang beda," paparnya.
Ia juga mengaku kaget dengan kabar meninggalnya keponakannya itu. Menurutnya kelurga mendapat kabar duka pada Kamis dini hari.
"Malamnya saya lihat berita itu (ledakan bom Kampung Melayu), tapi tidak menyangka kalau Gilang ada di situ. Keluarga baru dapat kabar pukul 03.00 dari orangtua Gilang di Jakarta," katanya.
Jenazah Gilang tiba di rumah duka sekitar pukul 17.00 WIB.
Peti mati berselimut kain merah putih langsung digotong menuju Masjid Jami yang berada tak jauh dari rumah duka di Srago Gede, Mojayan, Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Ibu Gilang, Ening Wiyarti, tampak tak bisa menahan air matanya saat mengiringi jenazah putra sulungnya. Kerabat lainnya pun sempat tersungkur lemas sesaat jenazah tiba.
Baca: Eti Menangis dan Pingsan saat Tahu Anaknya Pelaku Bom Bunuh Diri