News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

OTT DPRD Mojokerto

Ini Kata Soekarwo Terkait OTT di Kota Mojokerto

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas KPK menunjukkan barang bukti uang hasil operasi tangkap tangan (OTT) senilai Rp 470 juta disaksikan Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dan Saut Situmorang saat konferensi pers di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (17/6/2017). KPK menetapkan empat orang sebagai tersangka yaitu Kepala Dinas PU dan Penataan Ruang Pemkot Mojokerto Wiwiet Febryanto, Ketua DPRD Kota Mojokerto Purnomo, Wakil Ketua DPRD Mojokerto Abdullah Fanani, dan Wakil Ketua DPRD Mojokerto Umar Faruq terkait suap pengalihan anggaran di Dinas PUPR Kota Mojokerto tahun 2017. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Surya Fatimatuz Zahro

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mendukung Operasi tangkap tangan (OTT) oleh tim KPK kepada sejumlah pejabat Pemerintah Kota Mojokerto dan juga pimpinan DPRD. 

Ia mengatakan, KPK terus bergerak mewujudkan clean and good goverment di Indonesia.

"Semua yang menyangkut clean and good goverment kita dukung. Makanya saat KPK OTT di DPRD langsung dalam satu kali 24 jam saya pelaksanatugaskan. Kami mendukung," ucap pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini usai menghadiri acara Buka Bersama Paguyuban Madiun di Jemursari, Surabaya, Sabtu (17/6/2017).

Menurutnya, proses OTT mampu menawarkan kemampuan dalam mengukur investasi di suatu daerah baik atau buruk.

"Jadi investor akan tertarik kalau pemerintahannya clean and good," kata politisi Partai Demokrat ini.

Pakde Karwo menyebutkan yang menjadi celah adanya tindakan korupsi di antara birokrasi dan DPRD adalah karena sistem belum ada.

Ia mencontohkan yang terjadi pada OTT DPRD Jatim beberapa waktu yang lalu.

"Proses IT tracking terhadap masyarakat di pemprov semua sudah ada, makanya nggak ada yang kena. Nah yang belum ada itu antara DPRD dan birokrasi," kata Pakde Karwo.

Oleh sebab itu ia mengimbau ke daerah lain untuk menerapkan sistem teknologi dalam pemerintahannya.

Salah satunya yang disarankan Pakde Karwo adalah penerapkan e-new budgeting.

Dengan sistem itu, semua pengeluaran anggaran pemerintah terukur.

Semua perencanaan subjek, lokasi dan sasaran pengeluaran anggaran sudah dicantumkan.

"Memang buku perencanaannya jadi tebal. Tapi dengan sistem e-new budgeting, e-planning dan juga sampai monev semua bisa dipantau," tegasnya.

Sistem itu diyakini Pakde Karwo bisa mencegah adanya pejabat lain dari daerah lain di Jatim agar tidak kena OTT dan pelanggaran hukum.

"Dan semua harus multiple choice. Kalau one choice maka semua akan antri karena nggak ada pilihan lain sehingga menimbulkan potensi tindakan kriminalitas," pungkas Pakde Karwo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini