News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

WALHI Tolak Atraksi Lumba-lumba, Ini Alasannya

Penulis: Array Anarcho
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Atraksi lumba-lumba menghibur pengunjung di Wahana hiburan dan rekreasi keluarga atau Dolphin Arena di Panakkukang Square, Makassar, Jumat (14/4). Meski penuh kontroversi, sirkus lumba-lumba tersebut tetap digelar selama satu bulan penuh. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR

Laporan Wartawan Tribun Medan Array A Argus

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Lumba-lumba adalah hewan laut yang memiliki kecerdasan tinggi dibandingkan hewan lainnya. Karena memiliki kemampuan lebih, hewan mamalia ini kerap dieksploitasi oleh perusahaan wahana hiburan dengan dalih edukasi terhadap anak-anak.

Di Medan, Sumatera Utara, atraksi lumba-lumba sudah sering dilakukan.

Padahal di sejumlah negara Eropa atraksi ini banyak ditentang aktivis lingkungan karena dianggap menyengsarakan lumba-lumba itu sendiri.

"Kita yang menonton atraksi tersebut memang tertawa dan merasa terhibur. Tapi, kita tak pernah tahu bahwa begitu tersiksanya lumba-lumba tersebut," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara, Dana Tarigan, Sabtu (23/6/2017).

Kritikan yang disampaikan Dana ini terkait munculnya kembali atraksi lumba-lumba yang diselenggarakan oleh Wersut Seguni Indonesia (WSI) di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Jl Sutomo, Medan Timur.

Dalam atraksi ini, dua ekor lumba-lumba akan tampil seharian di hadapan ribuan orang.

"Atraksi lumba-lumba itu tidak layak jadi tontonan. Kalau mau lihat lumba-lumba, ya ke laut, bukan di kolam," kata Dana.

Lumba-lumba itu sudah sangat tersiksa sejak ia ditangkap, dilatih hingga dipindahkan ke tempat lain saat akan ditampilkan.

"Kami akan bikin selebaran bagaimana lumba-lumba itu tersiksa ketika menjalankan atraksi. Kami juga akan memberikan edukasi pada masyarakat mengenai masalah ini," katanya.

Saat pembukaan atraksi lumba-lumba dan satwa di GOR Jl Sutomo, sejumlah pejabat daerah padahal ikut hadir.

Para pejabat diantaranya Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pembanguna Kota Medan, Putrama Alkhairi, Asisten Ekbang Pemko Medan, Qamarul Fattah, dan Ketua Komisi C DPRR Kota Medan, Boydo Panjaitan terkesan mendukung eksploitasi lumba-lumba ini.

Dalam sambutannya, Putrama malah mengatakan ini bentuk edukasi pada anak-anak.

Namun, menurut Dana, pemerintah justru mengedukasi anak-anak untuk melegalkan penyiksaan terhadap lumba-lumba dengan dalih atraksi.

Dalam kegiatan ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) mirisnya merestui kegiatan eksploitasi tersebut.

Mengetahui BBKSDA ikut hadir, Dana juga sangat menyayangkannya.

Dari pantauan Tribun, suasana di GOR Sutomo tempat pertunjukan atraksi lumba-lumba benar-benar terasa pengap.

Orang-orang saling berdesakan naik ke lantai dua untuk melihat lumba-lumba yang ada di kolam buatan.

Menyangkut atraksi lumba-lumba ini, salah satu pelatih lumba-lumba ternama tahun 1960-an Ric O'Barry bersama sutradara kenamaan Louis Psihoyos sempat membuat film dokumenter menyangkut pembantaian lumba-lumba di Kota Taiji, Jepang.

Dalam film berjudul The Cove yang tayang tahun 2009 itu, O'Barry yang sangat menyesal pernah menjadi pelatih lumba-lumba menceritakan dengan jelas bagaimana tersiksanya hewan cerdas itu saat tampil di tiap pertunjukan atraksi.

Sejak film itu tayang, sejumlah negara maju sudah tidak lagi menampilkan atraksi lumba-lumba. Negara-negara maju sadar, bahwa atraksi lumba-lumba sangat menyiksa hewan Malang tersebut.(Ray/tribun-medan.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini