Belum diketahui siapa wanita yang akan dia nikahi itu.
Kapolres menambahkan, pada masa penyelidikan kasus itu ada hal yang membuat polisi makin curiga terhadap Junaidi sejak istrinya meninggal tak wajar Kamis (15/6) lalu.
Kamis kemarin sebetulnya merupakan hari ketujuh Masdiana meninggal.
Tapi dalam masa berkabung itu tersangka tak pernah menggelar kenduri ataupun doa bersama untuk arwah istrinya.
Polisi terus mengawasi gerak-gerik Junaidi.
Bahkan sebelum ia ditangkap, polisi sempat berinisiatif menggelar acara kenduri di rumah korban dengan harapan arwah Masdiana tenang di alam kubur.
Tapi doa bersama dan kenduri itu bukan atas inisiatif Junaidi.
Yang lebih mengherankan lagi, kata Kapolres, sejak kasus pembunuhan itu terjadi hingga menjalani pemeriksaan di Mapolres Nagan Raya, Junaidi sama sekali tak menyesal telah melakukan pembunuhan.
Pelaku terlihat santai dan bersikap seolah-olah tak berdosa dan korban seakan bukanlah istrinya.
Bukan seperti orang yang gundah, sedih, atau menyesal karena telah menghabisi nyawa sang istri dengan tangannya sendiri.
Sedangkan tersangka Muhammad Daud di hadapan penyidik mengakui bahwa ia bersedia membantu Junaidi menghabisi istrinya karena ia tak punya pekerjaan dan butuh uang sesuai tawaran Junaidi.
Atas jasanya itu, Muhammad Daud dihadiahi Junaidi dua unit handphone (hp) milik korban, lalu ia gadaikan pada seorang temannya di Meulaboh, Aceh Barat, senilai Rp 150.000.
Tapi gara-gara inilah polisi akhirnya berhasil mengungkap siapa pelaku. Setelah titik koordinat hp itu diketahui polisi, orang yang menampung hp itu pun didatangi.
Ia kemudian “nyanyi” bahwa hp tersebut ia peroleh dari Muhammad Daud.
Ketika Daud diinterogasi, akhirnya dia beberkan bahwa Junaidilah yang melibatkannya untuk membunuh Masdiana. Akhirnya, kedua tersangka diringkus polisi.
“Kita masih menyelidiki dan melengkapi barang bukti. Kita berharap ada fakta lainnya yang terungkap di balik peristiwa ini,” ujar Kapolres Nagan Raya, AKBP Mirwazi.